Prolog

246 34 18
                                    

WASSAP oll!! Welcome di dunia Arkanlea!!
Disini kalian bakal dipertemukan dengan banyak orang-orang gajelas, artis, pinter, anak mafia, Intel, si jago IT, hal" ga masuk akal, dsb wkwkwkwk

Hope you'll like it!! Dan ini WP keduaku!! (Yang pertama akunnya ilang karena lupa PW huhuu🥲🥲)

🦋 HAPPY READING 🦋

°°°°°°°°°°°°°°°

00. Prolog

Langkah kaki keras di koridor terdengar hingga ke seluruh ruangan di gedung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki keras di koridor terdengar hingga ke seluruh ruangan di gedung. Seorang gadis muda berlarian terbirit-birit bagai dikejar hantu.

Gadis dengan kaus putih dan celana boyfriend jeans buru-buru menuju Rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan kabar tidak mengenakan. Kabar yang sangat tidak diinginkannya.

"Luna! Rumah sakit baru kabarin om, Papa, Mama, sama Kakak kamu kecelakaan!"

Malam ini akan menjadi malam terburuk bagi gadis bernama Luna itu. Bagaimana tidak? Disaat ia akan merilis album barunya yang sangat didukung keluarganya, ia justru kehilangan mereka malam itu juga.

Seharusnya ia tidak egois. Seharusnya Luna menegaskan keluarganya untuk tetap di rumah. Meski itu memang keinginan mereka untuk datang menghampiri Luna di Agensi nya. Tapi seharusnya Luna tidak mengizinkan. Seandainya mereka tetap diam, kecelakaan itu pasti tidak akan terjadi.

°°°°

Luna duduk termenung di atas ranjang kedua orang tuanya. Ia menatap sendu foto keluarga yang terpajang rapi di dinding berwarna coklat itu.

Siaran TV terus menerus menayangkan berita mengenai kematian orang tua Luna. Ayah Luna sudah dipastikan meninggal dunia karena kecelakaan semalam, sedangkan Ibu dan Kakaknya? Mereka koma.

Suara pintu yang diketuk menarik perhatian Luna. Ia menoleh kearah Pria berkemeja putih yang menampakkan diri dari belakang pintu itu. Manajer dari Ayah Luna.

"Lun," panggil Pria bernama Tristan itu. Luna tidak menggubris panggilan Tristan tadi. Ia hanya membuang muka, tidak ingin menatap rekan kerja Ayahnya. "Jangan dipikirin terus." Lanjutnya.

Luna tetap tidak mendengarkan. Tristan terpaksa mematikan TV yang tengah menayangkan berita buruk itu. Ia dengan cepat meraih remote dan mematikan TV. Fokusnya berpindah dari TV ke Luna.

Tristan menghela nafas sambil menyilangkan tangannya di dada. "Besok, Tante Kania sama Stella bakal pindah kesini. Kami yang bakal bertanggungjawab atas kehidupan kamu." Jelasnya.

Luna masih bungkam. Ia tak bisa menerima kenyataan bahwa ia kehilangan keluarganya. Keluarga yang sangat ia sayangi itu.

Tristan berjalan mendekati Luna. Ia membuka tangannya, menarik gadis itu masuk dalam pelukannya. Ia mengelus lembut kepala Luna untuk menenangkan gadis itu. "Gapapa. Om bakal anggap kamu kayak anak Om sendiri."

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang