02. Dia Datang

67 22 15
                                    

02. Dia Datang

Seisi sekolah digemparkan dengan berita pindahnya seorang siswa laki-laki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seisi sekolah digemparkan dengan berita pindahnya seorang siswa laki-laki. Banyak yang menduga dia adalah anak dari keluarga besar itu. Anak itu ramai diperbincangkan.

Banyak siswi-siswi berkumpul di Ruang Piket Guru, dimana siswa pindahan yang ramai diperbincangkan itu berada. Mereka semua mengagumu visual anak laki-laki itu.

Melihat keramaian di Ruang Piket, Sekuriti sekolah, Pak Wasyu terpaksa memecah keramaian disana. "Aduh, bubar, bubar! Ngapain pada disini?"

Siswi lain merasa tidak adil setelah mereka diusir berjamaah oleh Wasyu. Beberapa dari mereka meninggalkan ruang piket dengan berat hati, ada juga yang curi-curi kesempatan untuk melihat ke arah pintu ruang piket.

Pak Wasyu menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dari dulu, kalo ada aja anak cakep, pasti diliatin. Gak heran lagi gue sama anak jaman sekarang," Pak Wasyu berjalan sambil terus menggeleng dan berdecak heran.

Pak Wasyu sebenarnya juga penasaran dengan sosok anak laki-laki yang katanya berasal dari keluarga terkenal itu karena kemiripan wajahnya. Pak Wasyu masuk ke dalam ruang piket. Ia terpesona melihat visual anak laki-laki yang sejak tadi berdiri di depan meja piket menunggu registrasinya selesai.

"Ganteng pisan ini, mah, pantes banyak yang naksir. Ck, ck, ck," lagi dan lagi Pak Wasyu menggeleng. Ucapannya barusan terdengar di telinga anak itu. Peka dengan keadaan, siswa baru itu langsung menundukkan tubuhnya tanda hormat.

Melihat respon siswa itu, Pak Wasyu langsung ikutan membalas menunduk. "Wih, bener-bener mantu idaman ini, mah. Untung anak gue masih kecil. Kalo seumuran, udah gue jodohin kali," celetuk Pak Wasyu. Ia kemudian keluar dari ruang piket dengan raut wajah semangat.

Tanpa ia sadari, ucapannya berhasil membuat anak itu merinding sesaat. "Serem amat mainnya dijodohin," batin anak itu.

"Boy," panggil seorang guru dari belakang siswa baru itu. Ia reflek menoleh ke arah sumber suara. "Pendaftaran kamu udah selesai, Ibu antar ke kelas ya," Tawar Bu Sharilla, wali kelas Boy.

"Siap, bu."

°°°°°

Kelas 12 Bahasa kini ramai dipenuhi suara-suara siswi yang berhasil mendominasi keributan di dalam. Mereka seru dan tak sabar menyambut kedatangan siswa baru yang rumornya setampan itu.

Para siswi yang biasanya cuek dengan dandanan mereka kini saling pinjam meminjam peralatan make up yang dibawa si Ratu Kelas. Mereka tentu berlomba-lomba ingin memenangkan hati siswa baru itu.

"Woi, pensil alis!"

"Lip Tint gue gak ngejreng banget, kan? Udah natural belom?"

"Gue belom pake bedak, oi."

"Eh, parfum gue mana? Siniin!"

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang