23. Perpisahan

17 7 0
                                    

23. Perpisahan

Hari yang bahagia tak akan terus berlanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang bahagia tak akan terus berlanjut. Selang 5 hari setelah ia menyatakan cintanya pada Luna, maka hari ini akan menjadi hari terburuk bagi Boy. Lelaki itu merasa gelisah sepanjang hari setelah ia mendapatkan panggilan dari Edward mengenai kondisi keluarganya pagi ini. Boy tak menyangka kalau Tristan akan menyerang salah satu markas keluarganya.

Boy mengemas barang-barang yang akan dibawa. Raut wajah lelaki itu murung. Banyak hal yang dikhawatirkan olehnya. Matanya merah dan berair akibat terus menahan tangis. Boy kini hanya ditemani oleh Luna. Untungnya hari ini adalah hari libur. Boy tidak harus terbebani dengan jam sekolah.

Boy memang tidak menjelaskan secara pasti apa yang terjadi kepada Luna, namun apapun itu, Luna tetap khawatir pada kekasihnya itu. Namun, Luna tak begitu mengkhawatirkan keluarga Boy. Gadis itu mengkhawatirkan hubungannya dengan Boy. Ia tidak tahu pasti kapan Boy akan kembali. Ia hanya berharap lelaki itu akan kembali kedalam rangkulannya lagi.

Boy tak memberitahu secara pasti kemana dia akan pergi. Tapi yang pasti, ia mengatakan kalau ia akan terus mengabari Luna, apapun yang terjadi. Ia mencintai Luna. Tak mungkin ia akan melupakan orang yang menjadi cinta pertamanya itu.

"Pulang aja," pinta lelaki itu dengan lembut sambil memasukkan beberapa baju kedalam koper.

"Perginya lama, yah?" Tanya Luna dengan pelan.

Boy menghela nafas berat. "Gak tahu sampai kapan. Tunggu aja, ya. Pasti gue kasih kabar terus," jawabnya.

"Kenapa mendadak, sih?" Luna sebenarnya tak ingin Boy pergi.

"Gue gak bisa jelasin kenapa. Intinya, ini tentang orang terdekat gue," jawab Boy. Lelaki itu sangat misterius hari ini.

"Gue doain yang terbaik, yah." Tutur Luna. Boy menoleh pada Luna yang duduk di sofa dibelakangnya. Lelaki itu berdiri dan menghampiri gadis itu.

Boy meninggalkan satu kecupan lembut di kening Luna. Kecupannya menciptakan bunga bermekaran di hati Luna. Gadis itu merasa lebih tenang meski harus ditinggal oleh orang yang ia sayang. Luna menatap mata Boy dengan tatapan lesu. Keduanya benar-benar tak ingin berpisah. Boy mengelus rambut di kepala Luna. Berat hatinya untuk meninggalkan cintanya itu.

Boy menarik tubuh Luna kedalam dekapannya. Erat, seakan tak akan dilepas. Harum parfum Boy tercium halus di hidung Luna, membuatnya semakin nyaman. Parfum itu selalu menjadi hal yang dirindukan Luna dari Boy. Gadis itu meringkuk dalam pelukan Boy yang hangat.

"Jangan lama-lama, yah." Ujar Luna. Senyum manis terukir dari bibir Boy saat ia mendengar ucapan Luna. Lelaki itu menganggukkan kepalanya dan mencium ujung kepala Luna.

"Iya," jawab lelaki itu pelan. Air mata itu menetes. Baru ini Boy menangis dihadapan orang lain. Entah kenapa, Boy merasa ini seperti perpisahan baginya. Biasanya, jika Boy diminta untuk pulang itu artinya tugasnya akan selesai. Tapi kali ini, Boy tak ingin pulang. Ia belum siap berpisah dan mengganti identitasnya untuk kesekian kalinya.

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang