37. Buku Cerita

12 8 0
                                    

37. Buku Cerita

Sudah hampir 3 bulan Stella menjalani terapi di rumah sakit jiwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah hampir 3 bulan Stella menjalani terapi di rumah sakit jiwa. Banyak yang terjadi pada dirinya sejak Tristan ditahan. Selain menjadi tersangka yang menyembunyikan kasus sang ayah, Stella juga didepak dari I2HS karena kesaksian Detta di persidangan yang sampai ke telinga Kepala Sekolah. Sejak itu, Stella diduga mengidap gangguan jiwa berupa skizofrenia. Jika saja gadis ini tidak mengidap gangguan jiwa, ia sudah divonis penjara 5 tahun.

Stella kini hanya bisa termenung diatas kasurnya. Baru saja ia menonton berita tentang ayahnya di Televisi. Tristan kini telah dipidana mati setelah melakukan pembunuhan berencana sebanyak 2 kali semasa hidupnya, ditambah ikut serta dalam pembunuhan yang dilakukan almarhum ayahnya dahulu.

Dokter menyarankan Stella untuk tidak mengikuti berita tentang ayahnya agar mentalnya tetap terjaga. Namun, gadis itu menolak. Setelah mengetahui Tristan akan dihukum mati, kuat hati Stella ingin bertemu ayahnya untuk yang terakhir kalinya.

Meski tau ayahnya melakukan pembunuhan yang begitu keji hingga menewaskan 90% bagian keluarga orang lain, tapi Tristan tetaplah ayah kandung Stella. Jika saja ia tau ujungnya akan seperti ini, Stella pasti akan memilih untuk menahan Tristan agar tidak terlalu jauh. Kini nama keluarga Danielle sudah jelek. Stella juga kehilangan orang-orang terdekat seperti sahabat-sahabatnya. Hanya Kiana yang masih setia menanyakan kabar dan menjenguknya. Walau terbatas, Kiana tak pernah sekalipun melupakan anaknya itu.

Disaat seperti ini, Stella ingin sekali menghabiskan sisa waktunya bersama keluarganya, sebelum ia benar-benar kehilangan ayahnya nanti. Gadis itu menangis dalam diam. Ia tidak dapat membayangkan nasibnya nanti jika ayahnya sudah tiada. Disaat seperti ini, dokter jauh lebih was-was untuk menjaga Stella. Jaga-jaga takut gadis itu tiba-tiba mengamuk lagi.

Rintik hujan mulai turun. Langit mendung kembali menemani kesedihan Stella. Bahkan langit cerah enggan menghibur Stella disaat seperti ini. Stella ingat, saat kecil dulu Tristan pernah membacakan satu buku cerita padanya. Ia kembali mengingat masa lampau itu.

"Suatu hari disebuah desa. Ada seorang gadis yang begitu cantik. Namanya Suci. Suci punya orang tua yang masih lengkap. Hidup mereka sangat bahagia. Suci tidak pernah kekurangan sedikitpun. Suci adalah anak yang baik. Suatu hari, ayah Suci jatuh miskin dan sakit. Suci bingung harus bagaimana. Semua harta-hartanya habis disita Bank." Tristan membacakan cerita dalam buku sambil mengelus kepala Stella yang bersandar di dadanya.

"Suci putus asa. Suci marah. Suci kesal karena hidupnya berubah drastis. Ia tidak lagi memiliki teman, tidak lagi punya uang jajan yang melimpah, tidak lagi bisa membeli barang-barang mahal. Suci bahkan sekarang sering diejek-ejek teman-temannya karena dia jatuh miskin." Lanjut Tristan.

"Papa, kenapa Suci diejek temannya karena miskin?" Tanya Stella dengan polosnya.

"Mungkin karena Suci adalah orang yang sombong selama ini. Makanya dia diejek teman-temannya." Jawab Tristan.

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang