22. Pertemuan

20 7 0
                                    

22. Pertemuan

Tristan merasa puas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tristan merasa puas. Raut wajahnya mendeskripsikan betapa senang dirinya ketika ia melihat rumah megah nan mewah bak istana itu. Pria yang membawa tas ransel hitam yang berisi barang-barang berbahaya itu siap menjalankan terornya pada keluarga yang menempati rumah besar itu.

Pria itu mengangkat kakinya pelan-pelan, melangkah masuk kedalam pekarangan rumah itu. Tanpa beban ia membawa barang-barang seperti bom dan yang lainnya untuk menerobos keamanan rumah keluarga Arkanlea. Ia sudah siap menghabisi segala keturunan dari Arkanlea.

Bunyi sirine alarm nyaring terdengar hingga ke seluruh rumah saat pembatas mendeteksi adanya seseorang yang menyusup kedalam rumah. Sirine itu memekakkan telinga Tristan hingga membuat Pria itu terbirit-birit menembus pertahanan rumah Arkanlea.

Laser merah mulai menampakkan keganasan mereka. Lima laser berkumpul di tubuh Tristan, bersiap-siap menembak habis nyawa pria itu. Tristan dengan cepat menghindari tembakan laser-laser yang mengejar dirinya. Pintu utama rumah itu terkunci otomatis, yang artinya tak ada jalan masuk kedalam rumah.

Jendela, pintu belakang, pintu balkon, semuanya terkunci otomatis setiap sirine itu berbunyi. Tristan mau tidak mau bergulat bersama laser-laser diluar rumah megah itu. Pria itu berlari hingga ke taman belakang rumah dimana ada kolam berenang besar disana. Tristan tak memiliki pilihan lain selain melompat kedalam kolam demi melindungi diri. Tak disangka pertahanan rumah Gideon Arkanlea seketat ini.

Pria itu menyelam kedalam kolam, namun peluru-peluru tetap menembus kolam hingga melukai sedikit pergelangan tangannya. Tristan menahan diri tetap berada dibawah kolam agar tak terdeteksi lagi. Sesekali ia berenang kepermukaan untuk mengecek kondisi sekitar.

Laser-laser perlahan menghilang yang artinya dirinya kini selamat. Pria itu keluar dari kolam untuk kembali melancarkan aksinya. Namun, ternyata dirinya tak sepenuhnya aman. Sekelompok orang dengan seragam hitam membawa senjata yang beragam keluar dari rumah. Tampaknya mereka adalah penjaga rumah yang sebenarnya.

Para penjaga mengamankan rumah dengan siaga. Melalui HT yang dijepit dimasing-masing celana mereka. HT itu mengeluarkan suara dari seorang Pria yang merupakan pemilik rumah megah itu.

"Tembak kearah kolam."

Perintah itu dikeluarkan dan membuat penjaga dibagian taman belakang sigap menembak kearah kolam. Lagi-lagi nyawa Tristan terancam. Pria itu mau tidak mau menghindari tembakan-tembakan mengerikan yang konsekuensinya dua kali lebih parah dari laser-laser tadi.

Tristan berlari dengan payah karena bajunya yang berat dan basah. Bahkan pria itu tak sempat lagi menghindar, peluru sudah menembus kaki Tristan. Tapi, peluru itu tidak melukai kaki kirinya, namun membuat kakinya mati rasa alias lumpuh sementara.

"Target aman!" Tegas seorang penjaga. Tak terhitung 1 menit, seorang pria keluar dari pintu kaca. Pria itu tentu membawa senjata lain, diikuti penjaga-pejaganya dari belakang.

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang