30. Yang Lalu

18 6 0
                                    

🎶Runtuh - Feby Putri, Fiersa Bersari

30. Yang Lalu

Aku tidak akan pernah lupa dengan kejadian saat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak akan pernah lupa dengan kejadian saat itu. Aku membencinya. Membenci orang yang menjadi iblis berwujud dalam kehidupanku. Mengapa? Mengapa harus ada dia? Apakah kau tidak puas dengan segala kejahatan yang telah leluhurmu lakukan? Apa kau adalah reinkarnasi mereka? Keturunan tetaplah keturunan. Bodohnya aku. Aku tak akan melupakan itu. Tidak akan.

°°°°

"Lun, Mami kesana ya sama Papi sama Abang. Masih rekaman, kan, sayang?"

"Iya, Mam. Kesini aja,"

Ibu dan anak itu masih terlibat percakapan melalui saluran telefon. Sekiranya sudah 10 menit mereka bercakap. Ini semua karena Andrea yang sudah tak sabar ingin menemui anaknya di Studio musik.

Kabarnya memang anaknya itu akan segera merilis lagu baru. Dan yang menariknya adalah kali ini lagu utamanya adalah buatannya sendiri. Sudah pasti, Andrea ingin mendukung sang anak untuk mendengar rekaman pertamanya.

Pintu rumah terbuka, menarik perhatian seisi rumah. Tampaknya Helia baru saja pulang dari kuliahnya. Helia mendapati Andrea tengah menelfon Luna yang sedang berada di Studio. Lelaki muda itu tampaknya tidak senang jika sang ibunda lebih sering menghubungi adik perempuannya itu daripada dirinya. Kepulangan Helia pun tidak begitu disambut dengan hangat. Andrea tetap bercakap ria tanpa menanyakan kabar Helia yang kurang baik di kampus.

Lelaki itu melayangkan tatapan sinis pada Andrea. Ia kemudian berjalan meninggalkan Andrea yang sibuk mengemasi beberapa snack kedalam tas kecilnya. Menyalampun tidak, Helia pasti sangat kesal karena dirinya tidak begitu diperhatikan. Lelaki itu membuka pintu kamarnya dengan kasar. Rasanya ia ingin sekali marah tapi seakan tak bisa. Helia membanting tubuhnya keatas kasur untuk sekedar merilekskan badan. Satu tangannya terbentang dan satunya ditekuk menutup kedua matanya. Tak lama kemudian terdengar pintu kamar diketuk.

"Masuk," jawab Helia tanpa menoleh sedikitpun kearah pintu. Seorang pria dengan senyum manis dan kerutan-kerutan spesial di wajahnya muncul dari balik pintu. Pria itu tersenyum kearah Helia dan menghampiri putra kesayangannya itu.

Sky duduk di kasur yang ditiduri Helia dan mengelus lembut kepala anaknya. "Anak Papi udah pulang kok gak bilang-bilang? Padahal Papi di garasi tadi, tapi gak lihat Helia udah pulang," tegurnya.

"Maaf, Pi. Helia cape," jawab Helia lesu.

Sky tertawa sedikit mendengar jawaban Helia. "Sejak kapan anak Papi kenal yang namanya cape? Hayo, cape kenapa? Pasti gara-gara cinta, nih."

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang