27. Pra Bencana

18 6 0
                                    

🎶 Shut Down - BLACKPINK

27. Pra Bencana

Ini sudah memasuki bulan ketiga sejak Boy meninggalkan Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini sudah memasuki bulan ketiga sejak Boy meninggalkan Luna. Orang-orang di Sekolah juga mulai bertanya-tanya kemana Boy. Wali Kelas dan Kepala Sekolah hingga kini belum bisa menjawab pertanyaan itu secara mereka sudah melakukan perjanjian dengan pihak Boy sebelumnya.

Sudah memasuki bulan Oktober. Luna kini mulai kembali ke kehidupannya yang lama. Tristan dengan sifat egois dan arogannya. Stella dengan sifat perundungnya. Dan Kiana yang mulai pergi keluar kota lagi. Hampa. Sangat hampa bagi Luna. Entah kenapa didetik ini Luna jadi rindu pada Boy. Meski ia merasa sangat benci namun sekarang Luna merasa kehilangan. Ia tidak tahu kabar Boy. Tapi ia juga gengsi untuk membuka blokiran kontak Boy.

Hari ini adalah hari Minggu. Tidak ada jadwal hari ini karena EM yang tengah fokus dengan persiapan debut grup baru. Biasanya jika sedang tidak ada kegiatan begini, Luna akan jalan-jalan dengan Boy. Tapi kelihatannya kali ini berbeda. Tidak ada yang bisa diajak jalan-jalan. Luna menghubungi Yudea, namun sayang gadis itu tak bisa menerima ajakannya untuk jalan-jalan mengingat OSIS kini tengah melakukan Open Recruitment bagi anggota baru dan Yudea pasti akan sibuk satu bulanan ini.

Mau tidak mau, Luna jalan-jalan sendiri. Gadis itu tak akan kuat jika harus berdiam diri di rumah yang hawanya panas meski cuaca berawan. Luna bingung harus pergi kemana. Dalam pikiran gadis itu hanya ada satu tempat. Kali pertama mereka bertemu berdua. Jembatan yang menyimpan banyak kenangan buruk. Jembatan Rian.

Gadis berjaket denim itu berjalan di trotoar yang menghiasi jembatan Rian. Garis polisi masih ada disana. Tampaknya Gubernur dan Wali Kota setempat tidak berniat untuk memperbaiki trotoar itu. Hawa dingin mulai mengelilingi tubuh Luna. Entah kenapa dirinya bagai dibawa angin. Tubuhnya lemas ketika ia semakin dekat dengan area yang rusak itu. Semakin dekat, rasanya semakin lemah saja. Tak terasa, pandangan Luna mulai kabur. Perlahan pandangannya menggelap dan pemandangan jembatan yang rusak itu hilang. Hitam, gelap. Tidak ada yang bisa dilihat. Rasanya tubuh itu seperti jatuh tergeletak diatas aspal yang keras.

Mata Luna terbuka lebar-lebar. Keringat dingin bercucuran dari dahinya. Nafasnya tak terkontrol. Ternyata itu hanyalah mimpi semata. Ia tidak benar-benar pergi ke Jembatan Rian. Luna baru menyadari kalau ia tadi ketiduran sepulang sekolah. Ia bahkan masih mengenakan seragam sekolahnya. Mata Luna berkedip-kedip ketika ia menyadari dirinya baru saja mengalami mimpi yang kurang enak diingat. Gadis itu mengusap dahinya yang basah karena keringat. Fokusnya dialihkan ke jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 18.00, yang artinya sudah menuju malam.

Luna beranjak dari kasur dengan kondisi seragamnya yang sudah tak rapi lagi. Ia keluar dari kamarnya dan mengecek seisi rumah. Kosong. Tidak ada seorangpun didalam rumah. Sepertinya Tristan dan Stella pergi. Entah kemana, tapi baguslah jika keduanya pergi. Setidaknya Luna tak harus pusing memikirkan apa yang akan Tristan lakukan lagi.

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang