17. New Chapter

20 10 0
                                    

17. New Chapter

Boy mengamuk tak terkendali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boy mengamuk tak terkendali. Lelaki itu melempar tubuh Stella berkali-kali ke lantai hingga gadis itu melemah. Boy gelap mata karena kelakuan Stella yang membuatnya muak.

Boy menjambak rambut Stella dan membenturkan kepala gadis itu ke dinding. Sungguh, aura Boy terlihat sangat berbeda sekarang.

Luna tak ingin orang-orang melihat situasi ini. Gadis itu sigap menahan amarah Boy. Ia memeluk Boy dari belakang untuk menahan tindakan brutal lelaki itu.

"Udah, Boy, udah!" Teriak Luna sambil memeluk erat tubuh lelaki itu.

"Lepasin Lun! Dia perlu gue kasih pelajaran!" Balas Boy dengan nada tingginya.

Luna tak melepaskan pelukannya pada Boy. Ia tak ingin melihat lelaki itu mengamuk lebih parah lagi. Luna menangis kecil ketika Boy tetap tak mengindahkan permintaannya.

"Udah Boy," gadis itu meneteskan air matanya. Suara serak itu menarik perhatian Boy.

Lelaki itu tersadar kalau ia melakukan sesuatu diluar batas normal. Boy menghela nafasnya. Ia kemudian beralih dari Stella ke Luna. Lelaki itu membalas pelukan Luna untuk menenangkannya.

"Maaf," bisik Boy pelan.

Keheningan menyelimuti mereka lagi. Namun keheningan dan kehangatan itu tak bertahan lama. Suara nyaring dan keras terdengar dari belakang Boy.

Stella berteriak tak karuan sambil berlari menuju Boy. Ia mengayunkan pisaunya ke arah Boy untuk menusuknya dari belakang.

"MATI LO!" Teriak gadis itu kencang.

"BELAKANG LO BOY!" Teriak Yudea yang posisinya cukup jauh dari Boy. Yudea dan Ivan tak sempat lagi menolong Boy. Belum lagi kondisi tangan Ivan yang terus bercucuran darah.

Boy tak sempat melakukan perlindungan. Tak ada yang bisa ia lakukan. Lelaki itu tetap diposisinya memeluk Luna. Ia memejamkan matanya dan berharap akan keselamatan.

Srek...

Suara sobekan terdengar. Tapi itu tidak berasal dari tubuh Boy yang tertusuk atau orang lain yang cedera. Boy perlahan membuka matanya. Disitu ia melihat sosok pahlawan kesiangan datang.

Bened menahan pisau Stella tadi menggunakan bantal tebal yang ia bawa dari ruang CCTV tadi. Entah dapat ide dari mana ia menggunakan bantal, tapi itu cukup menyelamatkan nyawa Boy.

Tangan kiri lelaki itu berada di pinggang, sedangkan tangan kanannya memegang bantal yang tertusuk pisau Stella. Matanya tajam menatap anak perempuan di depannya.

Stella tampak terkejut ketika sosok itu datang didepannya. Bened menatap tajam Stella. "Du blöder," gumamnya.

Bened menarik kasar bantal dan pisau dari tangan Stella. Gadis itu terkujur lemas didepan Bened. Tampaknya seluruh energinya terkuras habis.

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang