29. Big Brother Back

15 6 0
                                    

29. Big Brother Back

Luna kembali lagi bertemu dengan rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna kembali lagi bertemu dengan rumah sakit. Lagi dan lagi ia mencium wangi obat-obatan khas rumah sakit itu. Luna menunggu diluar bersama Amanda dan Atas. Ibu satu anak itu tengah menyandarkan kepalanya kebahu Atas karena merasa lemas. Ketiganya hening, tak ada yang berbicara. Luna merasa benar-benar tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Luna melihat sekelilingnya dengan matanya yang sedikit sembab karena menangis. Ia kemudian berdiri karena ingin berjalan-jalan sedikit. Atas dan Amanda kompak menoleh pada Luna.

"Mau kemana?" Tanya lelaki itu.

"Jalan-jalan sebentar," jawab Luna pelan. Atas mengangguk paham dan membiarkan Luna pergi untuk jalan-jalan. Ia mengerti perasaan Luna sekarang.

Luna berjalan perlahan menjauh dari lokasi UGD. Gadis itu melihat-lihat sekelilingnya. Ia melewati tiap-tiap pintu kamar inap rumah sakit. Langkahnya kian melambat tiap menitnya. Luna keluar dari gedung UGD. Kepala Luna tak henti berputar-putar melihat sekitar hingga ia berhenti di satu gedung yang ukurannya lebih kecil dari gedung rumah sakit. Luna menyadari adanya tanda salib diatas gedung itu yang artinya itu adalah rumah doa.

Mulut gadis itu sedikit ternganga saat ia memasuki rumah doa. Dinding-dinding dan furnitur dari kayu jati menghiasi ruangan itu. Salib besar menempel didinding altar, menambah kedamaian dalam rumah doa itu. Luna berjalan mendekati altar. Tampaknya rumah doa ini memang disediakan untuk para keluarga pasien yang ingin berdoa untuk keluarganya yang sakit. Luna naik keatas altar, bertemu dengan salib besar itu. Kakinya melemas dan seketika ia berlutut dihadapan salib itu. Luna menggenggam kedua tangannya dan menutup matanya. Air mata itu  kembali menetes lagi dari mata Luna. Mulutnya sedikit terbuka, menahan isak tangis yang perih dari hatinya itu.

"Tuhan ini Luna. Sudah berapa lama Luna tidak bertemu denganmu? Tuhan enggak lupa dengan Luna, anakmu, kan? Sejak Mami, Papi, sama Abang pergi, hidup Luna berubah Tuhan. Luna gak pernah bertemu sama kebahagiaan yang selalu Papi bilang dari Tuhan. Tuhan, selama ini Luna lupa sama Tuhan. Tuhan tolong maafkan Luna. Luna capek Tuhan. Tuhan, kalau Tuhan berkehendak, Luna mau minta mujizat dari Tuhan buat sembuhin Boy. Sekarang cuma Boy yang Luna punya. Luna janji gak bakal ngelakuin kesalahan Luna lagi."

Air mata itu terus menetes dari mata Luna. Bibirnya bergetar, ia tak mampu lagi menahan air mata itu. Mata Luna sedikit terbuka, mengadah kearah salib dihadapannya.

"Tuhan, Luna mau kembali ke jalan Tuhan. Tolong berkati Luna, tuntun Luna ke jalan Tuhan lagi. Luna gak kuat hidup begini terus. Luna mau pulang ke pelukan Tuhan,"

Doa demi doa terus keluar dari mulut gadis itu. Tanpa ia sadari, seorang lelaki muncul dari belakang. Lelaki berjaket kulit hitam, dan kaos putih. Langkah kakinya redup, tidak terdengar sama sekali. Ia berjalan mendekati altar, menghampiri gadis yang ia cari sedari tadi. Ia duduk disalah satu kursi jati yang ada disana, menunggu Luna menyelesaikan doanya.

Arkanlea || [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang