5.

2.6K 252 0
                                    

Adel merasa beruntung memiliki 3 orang kakak yang saling menjaga dan melindungi satu sama lain, terlebih Zee yang menjelma sebagai seorang kakak yang begitu melindunginya, meski kenyataannya mereka lahir hanya berbeda beberapa menit.

Keluarga mereka lengkap, memiliki orang tua yang begitu memanjakan mereka dengan segala fasilitas memadai, hanya saja pekerjaan yang harus dilakoni oleh orangtua mereka mengharuskan mereka tidak tinggal di satu atap.

.
.

"Jangan melamun terus, Del."

"Eh?" Adel terkejut dengan kehadiran Zee yang tiba-tiba duduk di sampingnya dengan beberapa peluh yang juga masih mengalir di wajahnya.

"Kebiasaan banget, malah tv jadinya yang nonton kamu." Zee hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kebiasaan buruk saudaranya yang satu ini.

"Abis latihan?" Tanya Adel kemudian, mengabaikan peryataan Zee tadi.

"Hmm," Jawab Zee sembari menyeka peluhnya dengan  baju lengannya, lalu menjatuhkan kepalanya pada bahu Adel.

"Diih, minggir Zee. Kamu masih bau, jorok juga." Adel menggeliat di tempatnya, berusah menyinggirkan Zee dari tubuhnya.

"Ck, pelit banget bentaran doang, lagian mana ada jorok, ngadi-ngadi mulu. Nih aku bawain martabak, habisin biar badannya isian dikit." Setelah mengatakan hal tersebut Zee bangkit dari duduknya, mengacak rambut Adel sebentar lalu bergegas pergi ke kamarnya.

.
.

Sehabis kepergian Zee ke kamarnya, Shani dan Jinan muncul membawa buku masing-masing, nugas. Bergabung dengan Adel yang mulai menikmaati cemilan yang dibawa oleh Zee tadi.

Jinan yang sudah mulai merasa jenuh dengan tumpukan bukunya, lebih memilih untuk tidak melanjutkan tugasnya, ia melakukan gerakan meregangkan otot, lalu bersender pada sofa. Memerhatikan Adel yang sedang serius menikmati makananannya.

"Del, ajarin gimana caranya makan terus-terusan tapi berat badan badan ngga naik." Ucap Jinan dengan tangan yang tentu saja ikut mengambil cemilan milik Adel.

"Kak, Jinan ngaca deh, badan Kakak kurus kering gitu kok mikirin berat badan takut naik. Ck, Kak Shaaaann, lihat nih Kak Jinan mau ngabisin jajanan Adel." Adu Adel, yang tak lupa memukul tangan Jinan ketika ingin mengambil cemilannya lagi, segera Adel menjauhkan makanan itu dari jangkauan Jinan. Tak ada satupun yang boleh mengganggunya dengan cemilan malam favoritnya itu.

"Dih tukang ngaduan." Cibir Jinan pelan.

Shani yang sedang sibuk dengan segudang tugasnya itu lebih memilih untuk tidak mengambil pusing kelakuan adik-adiknya yang tak pernah habis, "Ji, jangan berisik dulu, oke?"

Adel tersenyum menang, sedangkan Jinan mencibir lagi. Sabda kakak tua nggak boleh dilanggar, atau uang jajan dipotong.

"Zee ngga keliatan dari tadi, udah pulang kan dia?" Tanya Jinan yang baru menyadari ketidak hadiran salah satu adik itu.

"Oh, tadi sebelum kalian datang, dia baru aja masuk kamarnya, baru pulang latihan dan mau mandi."

"Jadi ini dia yang bawa?"  Tanya Jinan lagi yang dibalas Adel dengan anggukan karna mulutnya sudah penuh kembali.

"Zee udah makan, Del?" Shani yang sedari tadi sibuk dengan buku-buku di depannya, mengalihkan fokusnya mengatahui bahwa Zee telah pulang.

"Kurang tau deh, dia belum ada keluar lagi dari kamarnya, apa aku panggilin aja?"

Shani menggeleng, menolak usul adiknya itu, "kayaknya dia kecapekan terus ketiduran abis mandi. Biarin aja."

.
.

Shani meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karna terlalu lama diposisi yang sama. Dilihatnya jam yang telah menunjukkan pukul 11 malam, lalu beralih pada Adel yang tengah tertidur meringkuk di sofa.

Shani tersenyum kecil karna tadi Adel bersikeras untuk menemaninya ketika diajak tidur oleh Jinan, ia beralasan tak ingin Shani merasa kesepian di ruangan ini.

"Malah ketiduran anaknya, gegayaan mau nemenin." Gumamnya pelan disertai tawa kecilnya.

Ssetelah menguatkan dirinya, Shani memutuskan untuk menggendong Adel ke kamarnya, tak lupa untuk menyelimuti adiknya itu. Sebelum keluar dari kamar milik Adel ia mematikan lampu kamar tersebut.

Shani beralih memasuki kamar yang bernuansa abu-abu, kamar itu diterangi dengan lampu-lampu bintang yang bekerlap-kerlip di langit kamarnya yang luas. Ia segera melangkah mendekat ke ranjang si penghuni kamar.

"Terima kasi telah tumbuh dengan baik, terima kasih karna selalu menjaga kakak-kakakmu terutama kembaranmu. Kakak janji, nanti bakalan lebih banyak meluangkan waktu buat kalian." Ucap Shani lirih, diakhiri dengan mencium lembut kening adik bungsunya itu yang tertutup poni.

"Sleep well, sayang."

.
.

✌️

Don't Go, Don't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang