13

1.8K 247 37
                                    

Shani meneguk minuman berwarna coklat yang sudah tidak mengepulkan asapnya, pertanda bahwa minuman itu telah didiamkan sejak tadi dan baru tersentuh.

Saat ini ia sedang duduk seorang diri di tengah keramaian pengunjung cafe, masih lengkap dengan seragam sekolahnya karna ada yang membuat ia enggan untuk cepat sampai di rumah.

Maka dari itu ia memutuskan untuk menenangkan dirinya agar mampu berpikir jernih. Karna sedari tadi pikirannya kembali berputar pada kejadian berapa hari yang lalu.

"Kamu Flora kan? temen sebangkunya Adel?" Suasana kamar mandi saat itu sepi, Shani yang baru masuk melihat Flora tengah berkaca dan langsung bertanya untuk menuntaskan rasa penasarannya yang telah ia simpan beberapa hari ini.

"Iya kak. Ada apa?" Tanya Flora dengan gugup pasalnya aura yang Shani keluarkan sungguh mengintimidasinya.

"Aku mau bertanya sesuatu padamu, jadi tolong jawab jujur. Minggu lalu apa di kelasmu ada anak yang berkelahi?" Flora terlihat berpikir, tak ada satu infopun yang dia dapat tentang perkelahian di kelas meraka meskipun beberapa hari yang lalu ia tak masuk sekolah, karna Flora merupakan anak yang sangat update, terlebih ini di kelasnya pasti seharusnya sudah ramai dibahas di groupchat kelasnya.

"Seingatku ngga ada kak, beberapa hari yang lalu sebenarnya aku ngga masuk tapi anak kelas nggak ada yang bahas soal perkalahian." Diamnya Shani dengan raut wajah yang memendam kekecewaan membuat Flora menjadib panik sendiri takut telah salah berbicara.

"Ah gitu ya, makasih infonya, Flo." Flora membalas seadanya ucapan Shani dan dengan begitu Shani kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti untuk memasuki salah satu bilik di sana.

Dengan perasaan kekecewaan yang mendominasi, Shani bertanya pada dirinya sendiri hal apa yang telah ia lewatkan sehingga Adel lebih memilih menutupi diri dan tidak ingin berbagi, meski di sisi lain ia memiliki pikiran negatif lainnya jika adiknya itu sesungguhnya memang berkelahi dengan seseorang, namun mengingat adiknya yang pendiam dan bukan seperti orang yang suka mencari musuh, Shani membuang jauh-jauh kembali pikirannya itu.

Shani tidak tau lagi, harus kah ia memaksa Adel untuk berkata jujur atau menunggu Adel yang akan bercerita sendiri nantinya.

.
.

Setelah berpindah tempat dari taman, Zee menuruti permintaan kembarannya itu tanpa banyak protes ke tempat makan yang tak jauh dari sana. Zee memperhatikan kembarannya itu yang masih asik mengunyah.

"Pelan-pelan kali Del. Ngga ada yang mau minta punya kamu kali." Ucap Zee mengingatkan ketika melihat saudarinya itu dengan buru-buru memasukkan makanannya.

Adel yang selalu mengabaikan perkataan Zee membuat Zee berdecak kesal di tempatnya.

"Minum dong Zee." Pinta Adel cepat, setelah menerima gelas yang diberi, gadis beramput pendek itu segera meminumnya dan menyandarkan dirinya pada tempat dia duduk.

"Astaga pecel lelenya mantep betul, gila ini perut ku jadi buncit." Ucap Adel dengan binar matanya yang bahagia, Zee mengangguk pertanda setuju dengan rasa makanannya.

"Bener-bener ya Adel tadi kamu makannya kayak hewan berhidung merah jambu."

"Weh!! Maksudnya kamu bilang aku kayak babi?"

"Aku ngga bilang gitu ya, kamu yang bilang sendiri." Zee terkekeh kecil melihat saudarinya itu memanyunkan bibirnya tak terima.

"Sialan."

"Gitu aja marah, cepat tua nanti tau, pundungan."

"Dih kenapa tiba-tiba jadi orang si palinh ngeselin?" Bukannya menjawab Zee malah tertawa melihat Adel yang sedang kesal, sudah lama ia tidak mendapati ekspresi saudaranya yang seperti ini.

Don't Go, Don't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang