26

3.4K 327 38
                                    


Medianya silahkan diplay
.
.

.
.

Sisca  menggandeng tangan Adel untuk menyebrangi jalan untuk sampai ke taman. Sisca ingin Adel melepas penat yang sudah mendekapnya sejak lama. Berharap Adel mampu meraih dinding bahagianya sendiri.

Sejak kemarin malam, Adel benar-benar tak lagi mengeluarkan air matanya. Meski begitu Sisca masih dapat melihat kesedihan teramat dalam memenuhi mata Adel. Gelap, tak memiliki cahaya kehidupan yang menjadi penghuni di sana.

"Jangan liatin aku terus, kak, atau ada sesuatu yang aneh di wajahku?" Suara berat Adel menyentak kesadaran Sisca, tak sadar juga ternyata mereka telah duduk di bawah pepohonan rindang tanpa alas apapun.

"Enggak," Sisca mengalihkan pandangannya setelah menjawab singkat.

Entah hanya persaannya saja, Sisca merasa ada yang tidak beres di diri Adel setelah kejadian kemarin.

Keduanya diselimuti oleh keheningan.
Sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

Adel jadi teringat pada Zee, saat mereka tengah berada di taman dan saling diam. Adel menyukai ketenangan dalam diam mereka. Saat itu ia begitu percaya bahwa takdir tak selalu membuatnya menderita. Bahwa suatu saat ia pasti akan bahagia tanpa menggendong beban apapun lagi.

"Aku rasa aku akan benar-benar pergi dari hidup mereka dan kembali saat aku bisa membuktikan kalau aku bukan anak pembawa sial."

Sisca menoleh dengan cepat, menatap Adel yang sedang tersenyum tipis.

"Kemarilah,"

Adel mendekat, menghantarkan tubuhnya pada Sisca yang tengah merentangkan tangannya.

"Apapun pilihanmu, aku tetap berada di sampingmu. Ayo jalani hidup yang baru." Sisca memeluk Adel dengan erat, mendekapnya bak barang rapuh.

Tak akan ia biarkan orang lain untuk menghancurkan Adel lagi.
.
.

Zee mendesah berat, ia lelah namun tak ingin memejamkan matanya. Gadis itu takut akan melewatkan kesempatan untuk bertemu kembarannya tersebut.

Mereka kini tengah berada di sekitaran tempat tinggal Sisca. Sebuah kebetulan atau entah apa mereka bertemu dengan Gracia di sebuah pusat perbelanjaan di mana Adel dan Zee bertemu untuk pertama kalinya sejak kepergian Adel.

Zee memaksa kakaknya tanpa memberi tahu alasan sebenarnya kalau mereka pernah bertemu di sana, meniti asa agar mereka akan bertemu lagi di sana namun tak kunjung jua mereka melihat batang hidung saudara mereka itu.

Di tengah keputus asaan mereka yang tak kunjung menemukan keberadaan Adel, Gracia datang menghampiri mereka. Menyapa ketiga bersaudara itu dengan hangat.

Merasa ada yang ganjil, Gracia menjalankan perannya dengan baik, menanyakan kenapa Adel tidak bersama mereka, padahal Adel telah pulang dan ia pernah melihat Adel sedang bersama seorang temannya.

Tanpa memikirkan apapun lagi setelah yakin bahwa temannya yang dimaksud Gracia bernama Sisca tersebut dan dia adalah orang yang mendatangi rumah mereka kemarin dan pergi bersama Adel.

Ketiga bersaudara itu segera meminta alamatnya, dan bergegas pergi setelah berterim kasih pada Gracua yang terus tersenyum. Sebelumnya Gracia telah berpesan jika Sisca dan Adel sedang keluar, Gracia tau karna ia juga diajak tadinya namun Gracia menolak dengan suatu alasan.

"Kenapa mereka belum datang juga." Entah sudah keberapa kalikan Jinan melontarkan perkataan tersebut.

Matahari juga sudah mulai menyembunyikan sinarnya namun yang ditunggu tak juga terlihat. Semakin menambah kesan sepi pada tempat itu.

Don't Go, Don't LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang