Jinan meregangkan otot-otot tubuhnya sejenak, lalu bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya ke kamarnya sendiri untuk bersih-bersih. Tidurnya sungguh nyenyak dipelukan kakak sulungnya kemarin.
Setelah selesai dengan segala urusannya, ia menuju ke kamar Zee, mengetuknya beberapa kali berkahir dengan tak mendapati sautan apapun dan akhirnya memutuskan untuk membuka pintu kamarnya. Hasilnya, tak ia temukan siapapun di sana dengan tempat tidurnya yang masih berantakan.
Tak ingin ambil pusing, karna iya yakin jika Zee meninggalkan kamarnya seperti ini pasti anak kembar itu tidur bersama. Ini bukanlah sesuatu yang baru untuknya.
"Zee, Adel.. bangun." Panggil Jinan cukup kuat sembari mengetuk kamar Adel yang masih tertutup rapat.
Setelah beberapa kali ketukan, akhirnya pintu itu terbuka, memperlihatkan Zee dengan muka bantalnya, "Kalian begadang? Matamu berkantung." Ucap Jinan memerhatikan Zee yang sedang mengucek matanya, menandakan anak itu sedang berusaha melawan kantuknya.
"Iya kak, aku susah tidur karna mimpi buruk tadi malam, terus kami malah keblalasan nonton. Yaudah nanti kami turun, Kakak turun duluan aja." Jawab Zee dengan cengiran kecilnya lalu buru-buru menutup pintu yang ia buka tadi, sempat terkekeh ketika didengarnya omelan Jinan yang mengatakan dirinya tak sopan karna menutup pintu begitu saja.
Tanpa menunggu lama lagi, Zee mendekat ke arah Adel yang masih tertidur pulas, tidak tega sebenarnya untuk membangunkannya namun bagaimanapun mereka harus segara sarapan.
"Del, bangun." Ujar Zee juga menggoyang-goyang kecil tubuh saudaranya itu.
"Bangun, Del. Kita harus sarapan." Suara Zee yang cukup keras cukup mampu membuat Adel membuka matanya yang masih terasa berat.
"Hm, 5 menit lagi ya?" Tanpa menunggu jawaban Zee, Adel menutup kembali matanya, yang membuat Zee hanya mampu mendesah kecil dan membiarkan saudarinya itu tertidur kembali sedangkan ia beranjak pergi ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri agar terlihat segar.
.
.Shani yang menyadari kehadiran Jinan, menyuruhnya untuk mendekat dan menepuk ruang kosong di sofa tempatnya duduk.
"Kita sarapan di sini saja." Jinan hanya menuruti perkataan kakaknya tersebut, ikut duduk di sampingnya dan juga ikut hanyut dengan kartun yang tengah ditonton kakaknya tersebut.
Tak berapa lama perhatian keduanya teralih dari tv pada suara ribut yang berasal dari tangga, "Azeeyraa! Liat aja ntar kalau Zoya tiba-tiba botak itu berarti ulahku."
"Maaaff becanda doang astaga tadii, suer Del."
"Heeeh Adel Zee! KALIAN BERDUA JANGAN LARI-LARIAN DI TANGGA." Suara menggelegar Jinan mampu membuat Zee dan Adel yang masih berada di tengah anak tangga menghentikan aksi mereka.
Lalu dengan patuh menuruni sisa anak tangga berikutnya dengan langkah yang aman.
"Kalian kenapa pagi-pagi udah teriak-teriak?" Tanya Shani ketika kedua adiknya telah ikut duduk bersama mereka.
"Bayangin aja kak, Zee hampir ngebunuh peliharaanku. Masa dia lempar-lemparin ke atas." Adel dengan kekesalannya yang masih membara karna Zee telah menyiksa peliharaan kesayangannya, akhirnya menyentil dahi Zee dengan kuat.
"Aish, sakit! Tapi kan dianya ngga kenapa-napa. Lagian tadi juga senang dia bisa terbang." Jawab Zee dengan memanyukan bibirnya, kesal namun tak ada niatan untuk membalas perbuatan saudaranya itu. Ia terlalu sayang jadi tak tega untuk menyakitinya.
"Haduh, kalian ini memang bayi besar." Ucap Shani menggelengkan kepalanya dengan pertengkaran sepele adik-adiknya itu.
"Cepat habisin rotinya, ini susu coklat kalian berdua juga udah hampir dingin." Mendegar minuman kesukaannya, Zee membuang perasaan kesalnya tadi dan segera melahap makanan di depannya. Begitu juga dengan Adel karna jujur saja ia juga sudah lapar.
![](https://img.wattpad.com/cover/318687366-288-k866943.jpg)