🌸5🌸

1.4K 163 13
                                    


Irene keluar dari mobilnya di susul Yerim dari belakang. Bahkan Ia menghiraukan Yerim yang lagi-lagi meloloskan diri tanpa membuka sabuk pengamannya. Langkahnya dipercepat hingga mereka tiba di ruang tamu.

Ia langsung mendudukkan dirinya di sofa sedangkan Yerim memilih berdiri di depannya. Mereka terhalang meja kaca.

bruk...!

Dilemparnya asal tas Yerim yang masih terbuka itu ke meja. Hampir saja terjatuh ke lantai kalau Yerim tidak segera menahannya.
Yerim takut-takut bertanya sambil meletakkan tas nya di atas meja

"M-miss ayin kenapa?"

"Kenapa? Yah Bae Yerim! harusnya aku yang bertanya, kenapa itu tidak dimakan, Apa kamu tidak suka?!"

Ucapan yang tegas dan ekspresi dinginnya itu membuat Yerim kembali takut. Ia jadi kesulitan bicara.

"Jawab Bae Yerim!"

"C-cuka.. bekelna lusyu. Tapi Eyim upa makan.."

"Lupa? Memang tidak ada jam istirahat?"

"Ada, tapi temen-temen-"

Belum selesai Yerim berbicara, Irene malah memotongnya sambil menyilangkan tangan.
"Tsk, terlalu banyak alasan."

"Tadi pagi, kamu setuju untuk menghabiskan nya, lalu kenapa sekarang masih utuh dan makan es krim itu tanpa bercerita yang sebenarnya. Kenapa?!" Irene memberondongnya dengan banyak pertanyaan.

"Kalau kamu tidak suka, cukup katakan. Tidak perlu beralasan, Jangan belajar jadi pembohong!"

Yerim tersentak mendengar Bentakannya yang semakin menggelar seperti petir di telinga yang mampu meloloskan air mata dari kedua maniknya. Ia tipikal anak yang tidak bisa dibentak, perasannya begitu halus seperti kata Sooyoung. Sooyoung juga sering memarahi Yerim, kalau ia berbuat salah. Tapi tidak sekasar ini.

"Eyim cukaa tapi upa makan, miss ayin jangan malah~" Bujuk Yerim terbata sembari mengusap air matanya.

"Coanya Miss Ayin bukan mama~"

Irene terkejut mendengar lanjutan ucapan Yerim. "A-apa katamu?!"

"Kalo eyim nda makan nanti mama malah. Miss Ayin kan bukan mama, kenapa malah-malah?"

Deg- hatinya seperti ditusuk pedang. Bibirnya bergetar ingin berucap yang sebenarnya, tapi lagi-lagi egonya selalu menang. Hanya satu kalimat yang dapat dilontarkan setelah melihat anaknya ternyata sudah menangis.

"S-siapa yang mengatakan itu?!"

"Temen Eyim~"

Yerim terus menunduk sambil menghapus air matanya yang mulai berjatuhan mengenai lantai.

"Kan Eyim nda puna mama, Miss Ayin boleh malah deh..." Tawarnya begitu mudah, dasar anak kecil.  Mendengar itu Irene yang merasa bersalah jadi menertawakan dirinya sendiri. Matanya semakin memanas dengan bangkit dari sofa, ia kembali membuka tas Yerim dan mengambil kotak bekal itu.

sret...

Lalu membawanya ke dapur.

Buk!

Yerim membulatkan matanya karena terkejut melihat Irene dengan sengaja membuang bekal buatannya sendiri.
Sedangkan di sisi lain, Irene juga tahu kalau anaknya mengikutinya. Tapi dia enggan berbalik karena dia juga sudah menangis.

"Temanmu benar. Harusnya mama yang marah, bukan aku.."

Tapi tidak semua mama bisa disebut mama, contohnya aku entah sampai kapan akan menjadi miss ayin-mu.

i'mma tell you » ONE TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang