Setelah tak sengaja menubruk Karina, Irene mentraktir Tiffany dan Karina makan sushi. Mereka tidak jadi pulang meskipun sudah foto-foto.
Malu ditanggung mommy, pikir Yerim.
Setelah selesai makan, Irene mengajak mereka ke rumahnya. Bukan karena takut Tiffany marah, hanya tidak ada salahnya kan mengajak teman dan temannya anak main ke rumah?
Teman dan temannya anak🤔
Sebutan itu agaknya sesuai karena sekarang mereka benar-benar berpencar.Irene dan Tiffany -Ruang makan
"Ini, aku dulu pernah menggunakan ini saat asiku sulit keluar Unnie," Irene menunjukkan alat pemompa asi yang ia simpan di dalam lemari. Tiffany mengangguk paham,
"Ah geureu, Aku akan membelinya. Kalau menurutmu kapan rencananya Yerim akan berhenti minum asi?"
"Mungkin saat dia masuk sekolah dasar, ya saat itu."
Tiffany tercengang, "Wah berarti masih beberapa tahun lagi, kau yakin?" Tangannya mengukur pergelangan tangan Irene, "Tubuhmu yang sekecil ini apakah tidak bertambah kecil nantinya?"
Irene tertawa, tidak tahu kalau sahabatnya ini bercanda atau serius, "Aniya, Unnie terlalu berlebihan, Uri Yerimi lebih kecil."
Yerim dan Karina -Ruang Tamu
Dilain sisi, para anak-anak sedang bermain dengan mainan Yerim yang berserakan di lantai.
"Kemalin kamu panggil Miss ayin, Kenapa sekalang panggil mommy juga?"
"Nda papa~" Yerim menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari music box pemberian Hayoung,
Membuat Karina kesal "Ish, nda boleh lah, Kamu nda boleh ikutin aku panggil mom juga!"
"Selah Eyim dong, Eyim juga nda ikutin kamu~"
Brak!
Kedua orang tua itu melemparkan tatapan terkejut, mereka bergegas kembali ke ruang tamu.
"Astaga, Yerim?!" Irene mengangkat Yerim yang jatuh di atas tumpukan mainannya.
Yang mana tidak semuanya boneka, ada balok, puzzle rubik, music box, Pasti sakit!Sedang Tiffany menggeser posisi duduk Karina dengan curiga, jangan-jangan ini ulah putrinya?
"Irene, kakinya terlipat.."
Irene segera membetulkan kedua kaki Yerim yang duduk di atas pangkuannya sambil mengecek, tubuh anaknya.
Merah. Itu yang ia dapati di antara pipi, tangan dan betis Yerim karena menindih benda keras.
"Kenapa bisa begini, sih?" Tanyanya khawatir sambil mengusap bagian yang kemerahan itu. Yerim hanya menunduk karena sebenarnya dia juga terkejut bisa meluncur di atas lautan mainannya.
"Maaf ya Irene, mungkin itu ulah Karina-"
"Ih bukan, Yelim aja yang mainnya nda ati-ati!" Karina membela dirinya membuat Irene percaya, tidak mungkin Karina.
"Iya Karina benar, mungkin Yerim kurang hati-hati ya?" Tanya Irene lagi dan Yerim masih diam dengan tangan yang bertengger di dadanya. Membuat Irene balas menyentuh dada si kecil itu,
Dig dug dig dug!
Detak jantung anaknya terdengar, kalau jatuh sendiri bisakah seterkejut ini? Ah Irene jadi ragu, akhirnya hanya mengusap dada Yerim naik turun. Hampir saja rasa cemasnya menguasai, hingga suara kecil menariknya untuk sadar kembali.
"Mommy, lets go to the toilet. Aku mau pipis," bisik Karina yang dapat di dengar Irene karena suaranya terlalu besar.
"Oh my god, Irene sorry boleh pinjam toiletmu?" Tiffany bangkit dan menuntun Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
i'mma tell you » ONE TIME
Fanfiction🌸 YERENE🌸 "Miss Ayin~" "Aku ini orang tuamu, panggil dengan benar!" "Tapi Miss Ayin cuka dipanggil itu?" "Aku tidak suka, kalau kamu yang memanggilnya. "