"Miss Jihyo bantu ya, sayang?" Ucap Jihyo seraya berlutut di depan Yerim.
Mereka berada di dekat rak sepatu. Hari ini lagi-lagi Irene telat menjemputnya, bahkan lebih parah karena ia adalah murid yang terakhir pulang.
"Nda ucah Miss, Eyim udah bica hehe~"
Jihyo senang mendengarnya, matanya indah itu berbinar menatap muridnya
"Benarkah? Siapa yang mengajari Yerim?""Miss Ayin-na Eyim hehe~" Dengan malu-malu Yerim mengatakan kepunyaan nya. Membuat Jihyo gemas dan mencubit pelan pipi Yerim yang tengah tersenyum lebar itu.
"Pintar sekali murid Miss Jihyo ini!"
"Hehe, udah cecai Miss~"
"Iya, ayo ke depan!" Lalu Jihyo ikut membantu Yerim berdiri dan merapikan pakaiannya.
"Emang Miss Ayin udah campe Miss?"
"Kalo soal itu, Miss Jihyo belum tahu sayang. Tapi coba kita cek ke depan ya? siapa tahu ucapan Yerim benar,"
Yerim mengangguk lesu dan membiarkan Jihyo menggenggam tangannya.Dia dibuat over thinking, takut kejadian kemarin terulang kembali. Irene yang tiba-tiba pergi dan tidak pulang ke rumah hingga berhari-hari.
Yerim berani menyimpulkan begitu karena sejak kepulangan mereka dari taman kemarin, Irene jadi lebih banyak diam. Bahkan saat mereka makan hingga menjelang tidur. Hati mungil Yerim bertanya 'Apa benar Irene sesakit itu?' bahkan matanya seperti menyimpan kesedihan.
Jadi malam itu Yerim memilih tidur dengan Imo nya dibanding kembali tidur di kamar Irene.
kalo Miss Ayin pegi agi, Eyim mau angis aja cambil peluk Imo —netra coklatnya menggemakan itu di dalam hatinya.
"Nah, kita tunggu di sini ya!"
Jika Jihyo berucap begitu, sudah dipastikan kalau orang yang menjemputnya belum datang. Maka dari itu ia menundukkan kepalanya dalam dengan mata terpejam. Dugaan nya mungkin benar.
Jihyo mulai menyadari ada yang aneh dari sikap muridnya. Untuk itu Ia ingin memastikan bahwa tidak terjadi sesuatu dengan Yerim.
"Yerim, kamu tidak kenapa-kenapa kan sayang?" Tanyanya cemas dengan diri yang sudah berlutut di depan Yerim. Tapi dia tidak mendapatkan respon apapun, entah Yerim menangis atau kesakitan.
Akhirnya Jihyo berinisiatif menyentuh kedua pipi Yerim barangkali suhu badannya berubah. Tapi, belum sampai tangan itu ke pipi sudah ada tangan lain yang mendahuluinya. Jihyo menoleh dan mendapati seorang wanita karir ikut menatap cemas pada Yerim.
"Syukurlah anda datang, Yerim pasti sangat senang," Jihyo tersenyum seraya bangkit dan menggeser posisinya.
Yerim sendiri mulai merasakan kehangatan kedua telapak tangan yang membingkai wajahnya. Karena itu ia membuka matanya satu persatu,
Tadaa!!!
"Miss Ayin?" hati mungilnya bersuara, kedua alisnya terangkat melihat wajah khawatir ibunya yang juga menatapnya dalam.
"Gwenchana?" Bukannya menjawab Yerim hanya menggeleng tanpa suara sebagai jawabannya, membuat ibunya semakin cemas.
"Sepertinya Yerim sudah tidak sabar untuk pulang, Nyonya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
i'mma tell you » ONE TIME
Fanfiction🌸 YERENE🌸 "Miss Ayin~" "Aku ini orang tuamu, panggil dengan benar!" "Tapi Miss Ayin cuka dipanggil itu?" "Aku tidak suka, kalau kamu yang memanggilnya. "