Di depan ruang kerja kakaknya, Sooyoung baru saja sampai setelah membeli air, sedikit kelelahan karena tidak menaiki lift yang sedang penuh di pakai karyawan.
Tangannya menekan knop pintu dan membukanya, tapi baru separuh tubuhnya masuk ke dalam. Seseorang memanggil namanya. Ia kembali keluar.
"Sooyoung-ah"
Rupanya itu orang yang mereka cari, Irene sedang melangkah menghampirinya dengan tergesa-gesa. Melihat batang hidungnya setelah beberapa hari membuatnya kesal.
"Ya Unnie, darimana saja kau?!" tanyanya dengan tidak sopan begitupun tatapan sinisnya.
"Mian, harusnya Unnie memberi tahumu kalau dua hari lalu Unnie harus ke Jeju untuk urusan bisnis." Irene menatap adiknya penuh rasa bersalah.
"Cih, bisnis terus alasanmu! Kau pergi untuk menghidari Yerim kan? jujur saja!" Bentak Sooyoung membuat Irene terkesiap. "Kalau memang begitu, lebih baik kau pulang, itu rumahmu. Biar aku dan Yerim yang pergi!"
"Bukan begitu Sooyoung.."
Bagaimana pun penjelasannya perbuatan kakaknya sungguh kekanakan! "Kau tidak tahu kan, dia tidak berhenti menangis semenjak kejadian itu? dia bahkan tidak nafsu makan sekarang. Dimana hati nuranimu sebagai seorang Ibu?! Air matanya menetes, membasahi wajah cantiknya. Tapi cepat-cepat ia hapus takut ada karyawan nya yang melihat. Sebenarnya Sooyoung tidak tega marah bahkan sampai membuat kakaknya menangis, tapi menurutnya perbuatan Irene kali ini sudah keterlaluan.
"Sudahlah, lebih baik aku pergi. Tak ingin mengganggu CEO di sini."
"Sooyoung-ah!" Tangan Irene menahannya untuk tidak pergi, tetapi Sooyoung tidak ingin berbalik lagi dan melihat Irene menangis atau dia akan merasa bersalah. Dia melepaskan sentuhan itu dan buru-buru masuk ke lift yang tengah dipenuhi karyawan. Tapi baru setengah jalan, Ia teringat sesuatu,
"Aish, Yerimie masih di dalam!"
Sekarang dia yang bingung harus meneruskan pergi atau berbalik mengambil Yerim? setelah meminum habis botol air mineral yang dibelinya untuk Yerim, Joy berpikir lebih baik betulan pergi. Semoga saja Yerim selamat.
Irene menatap sendu kepergian adiknya. Sebenarnya ia juga ingin menanyakan dimana Yerim, tapi Sooyoung lebih dulu tersulut emosi.
"Sebaiknya aku pastikan, takut terjadi apa-apa dengannya. Biasanya dia akan ceroboh ketika marah."
Akhirnya ia memilih untuk menyusul sang adik, tapi baru satu langkah. Pendengarannya yang tajam mendengar sesuatu yang terjatuh dari ruangannya. Irene berbalik mendengarkan bunyi apakah yang baru saja di dengarnya. "Aku periksa sebentar," putusnya lalu segera membuka pintu.
Matanya menatap sekeliling hingga berhenti di meja kerjanya yang terletak di dekat jendela. Dari posisinya berdiri, terlihat ada tangan mungil yang muncul di bawah mejanya. Hatinya untuk berdesir beberapa detik Irene terdiam untuk memastikan benarkah di depannya ini, tangan manusia.
Langkahnya semakin mendekat dengan hati - hati. Tapi bunyi hak sepatunya tetap menggema membuat tangan itu menghilang, Irene mempercepat langkahnya, tidak peduli kakinya akan sakit karena masih mengenakan heels.
Sampai di depan mejanya, Irene menekuk lututnya. Dengan hati-hati ia menggeser kursi kebesarannya untuk melihat seseorang itu. Dan Air matanya kembali menetes karena ini benar buah hatinya, tubuhnya semakin kurus. Bagaimana bisa Sooyoung meninggalkannya di sini?!
Ia pun segera memeluk tubuh mungil itu penuh haru. "Bae Yerim..!" panggilnya lirih membuat balita itu bersuara, Ia melepasnya dan memperhatikan dahi dan lutut Yerim yang sedikit memar tergores. Lalu, kedua matanya juga terlihat sembab. Semakin deras, air matanya mengalir kala si kecil justru tersenyum menatap ibunya yang sedang merasa bersalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
i'mma tell you » ONE TIME
Fanfic🌸 YERENE🌸 "Miss Ayin~" "Aku ini orang tuamu, panggil dengan benar!" "Tapi Miss Ayin cuka dipanggil itu?" "Aku tidak suka, kalau kamu yang memanggilnya. "