Irene Bae
Eonnie, Maaf sudah mengganggu waktumu.
Tapi kalau sudah baca pesan ini, jangan lupa jemput Yerim! lesnya sudah selesai."Okey sudah benar, send!"
Ucapnya setelah berulang kali membaca pesan yang dikirim kepada Irene, ibu dari murid satu-satunya ini.Ia sengaja memilih kata yang cocok dan tidak membuat Irene bertanya lebih. Sebab saat ini sedang menuruti Yerim untuk tidak memberitahukan Ibunya perihal kondisinya yang sebenarnya. Awalnya ia menolak menuruti permintaan Yerim, tapi tatapan yang begitu imut itu membuat Jennie iba dan setuju.
"Yerim, jangan tertidur ya tetap bangun seperti ini.." Titah Jennie dengan wajah khawatir memandang Yerim yang duduk sambil meletakkan kepalanya di atas meja.
Tanpa bersuara lagi Yerim hanya mengangguk patuh.
Ting!
Ponselnya berbunyi, buru-buru Ia buka pesan balasan dari Irene tersebut.
Irene Bae
Okey Jen.
Sebentar lagi aku jemput, tapi jangan bilang Yerim dulu karena aku masih menyelesaikan satu pekerjaan.
Thanks, Jennie.Jawaban dari Irene tidak sesuai ekspektasinya. Ia pikir Irene akan langsung menjemput Yerim. Kembali ditatapnya anak semata wayang Irene yang masih duduk dihadapannya.
"Yerim, sorry Miss Irene jemputnya nanti. Lebih baik kita jujur aja ya, supaya Miss Irene cepat on the way?"
"Janan Madam, nanti Miss Ayin nebut kayak Imo.."
"Tapi badan kamu makin panas, Yerim! berbahaya kalau terus dibiarkan begini.."Bantah Jennie seraya menyentuh kening Yerim yang suhunya semakin tinggi. Setinggi harapan reader-nim.
Akhirnya tanpa menunggu persetujuan Yerim, Jennie kembali melayangkan obu jarinya untuk mengetikkan sesuatu.
Irene Bae
Yah, Eonnie telat bilangnya.
Aku sudah bilang Yerim, she is excited to story telling with you.
Jadi, kukasih tau kalau Eonnie jemputnya agak lama, ya?Jangan!
Yasudah aku jalan sekarang, bilang Yerim sebentar lagi Miss Irene datang!
Jennie bersorak senang,
"Yes, tuh kan dia tuh nggak bakal nolak kalau soal Yerim, pasti mau - mau saja~""Sabar ya muridku Sayang, sebentar lagi Miss Irene datang." Sambungnya seraya mengusap-usap kepala Yerim. Walaupun sebenarnya dalam hati, ia khawatir membayangkan bagaimana marahnya Irene nanti setelah tahu anaknya demam.
Di sisi lain, Irene begitu bersemangat menuruni anak tangga. Iya, dia lebih memilih tidak naik lift karena sedang penuh dan kedua karena Ia sudah tak' sabar bertemu dengan putri kecilnya.
Dengan senyumannya yang anggun, Irene berjalan melewati para pegawainya yang menyapa. Mobil paling kinclong, sedan putih miliknya bersiap tancap gas. Tapi sebelum mengemudi, ia menyempatkan untuk melihat dirinya di depan cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
i'mma tell you » ONE TIME
Fanfiction🌸 YERENE🌸 "Miss Ayin~" "Aku ini orang tuamu, panggil dengan benar!" "Tapi Miss Ayin cuka dipanggil itu?" "Aku tidak suka, kalau kamu yang memanggilnya. "