Kedatangan mereka disambut oleh para security kantor. Bahkan para security tersebut membungkuk juga pada Yerim. Dasarnya anak kecil, apapun pasti ingin ditirukan. Ditambah Yerim ini anak yang sopan, maka ikut membungkuk juga.
Tapi satu hal yang perlu diingat, tubuh Yerim itu mungil jadi ketika dia membungkuk pasti rendah sekali. Para security pun tidak ingin terlihat tidak sopan di depan putri atasan mereka hingga akhirnya mereka mengadu bungkukkan nya supaya menjadi yang paling rendah. Mungkin bisa seperti jungkat-jungkit karena gerakan satu dan lainnya tidak singkron.
Yerim senang saja melakukannya, karena menurutnya ini permainan, tapi para security sudah mulai kelelahan sampai sang supir akhirnya memberhentikan aksi konyol mereka.
"Cukup, cukup. Nona muda belum mengerti tentang hal ini, tidak apa sekali saja." Ujar sang supir.
"Yah udahan maina? padahal selu ehehe~"
Yerim menegakkan kembali tubuhnya.Setelah itu mereka kembali lanjut berjalan dengan Pak Supir yang menunjukkan arah karena Yerim tidak mau dituntun.
"Mari nona mud, sebelah sini."
"Nona muda, mari naik lift ini supaya bisa cepat sampai."
Yerim melihatnya seperti ruangan besi yang gelap dan sunyi, Yerim jadi takut. "Ndaa mau, Eyim naik tangga aja!"
"Ah begitu, tapi nanti nona muda bisa kelelahan karena ruangan Sajang-nim maksudnya Miss Irene ada dilantai tiga,"
"Nda papa Eyim kuat!"
"Kalau nona muda berkenan, bisa naik ke pundak saya. Saya akan berhati-hati."
"Ndaa mauu, Ajucii belisik ya?"
Akhirnya Yerim melangkah mendahuluinya sambil mengeratkan tas punggung yang sedikit lebih besar dari tubuhnya itu. Seperti kura-kura ninja.
"Benar-benar darah seorang CEO mengalir ditubuh nya, dia persis seperti Sajang-nim!"
"Nona muda, hati-hati!"
°•°
Setelah menyelesaikan kelas terakhirnya, Sooyoung kembali mendapat telpon dari Irene. Tidak biasanya, Irene menelponnya lebih dari sekali kalau tidak ada hal yang genting. Ditambah mereka belum bertemu, Sooyoung jadi khawatir.
Setelah beberapa menit mereka berbincang, akhirnya Sooyoung menyudahi panggilan tersebut. Ternyata Irene hanya menyuruhnya untuk menjemput Yerim di kantornya karena ia sedang meeting diluar.
"Aish Unnie ini seenaknya saja, tidak tahu apa kalau di tempat lain anaknya tidak betah?"
Sedangkan di ruangan Irene, anaknya
tengah berleyeh-leyeh di atas sofa karena kelelahan. Bagaimana tidak, ia terlalu heboh berlari sambil menyemangati supirnya seperti sedang lomba lari. Alhasil suaranya yang imut jadi sedikit serak karena banyak berteriak."Nona muda, Koki kami akan menuju kesini membawa makanan untuk nona muda. Mohon ditunggu..." Sang supir berusaha sesopan mungkin ditengah sisa nafasnya, ditambah ia tidak boleh duduk, karena tugasnya memang berdiri mengawasi Yerim.
Beberapa menit kemudian, bunyi pintu diketuk. "Sepertinya itu. Nona muda tunggu sejenak saya akan membukakan pintu."
"Otee ahjucii" Yerim kembali berbaring.
"Annyeonghaseyo, Kami dari bagian pantry ingin mengantarkan makanan untuk Nona muda."
Seketika itu pun Yerim terbangun dengan mata membulat. Bukan karena panggilannya, tapi karena aroma makanan yang menyengat indra penciuman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
i'mma tell you » ONE TIME
Fanfic🌸 YERENE🌸 "Miss Ayin~" "Aku ini orang tuamu, panggil dengan benar!" "Tapi Miss Ayin cuka dipanggil itu?" "Aku tidak suka, kalau kamu yang memanggilnya. "