🌸6🌸

1.4K 173 25
                                    

Pukul 20.00 KST

Irene hanya berdiri di depan pintu kamar Sooyoung, tanpa berniat mengetuknya. Menempelkan telinganya di sana, mendengar obrolan dua orang yang paling disayangi nya.

"Temanmu tidak salah, memang benar kalau kita tidak makan, pasti dimarahi mama."

"Tapi karena banyak yang menyayangi Yerim, maka mereka juga berhak marah contohnya Imo dan Miss Irene,"

"B—–benelan imo? Miss Ayin cayang cama Eyim?" Anak kecil itu lagi-lagi bertanya karena belum yakin.

"Tentu saja, mungkin Yerim belum mengerti sekarang, tapi nanti."

"Api Imo~ Eyim mau nana yang lain boleh nda?"

Detak jantungnya berpacu lebih cepat mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan si kecil.

tolong, jangan izinkan dia bertanya apapun lagi!

"Boleh, Yerim Ingin bertanya soal apa?"

Sooyoung...

"Eum, Miss Ayin capa cih imo? ko bica cayang cama Eyim?"

"Kenapa tidak bisa? Yerim kan anaknya imut dan manis, siapapun pasti ingin menyayangi Yerim."

Bukan itu jawaban yang Yerim mau.
Sebenarnya ia sudah ingin menanyakan tentang hal itu sejak hari pertama mereka tinggal di rumah ini. Namun dia sering lupa, maklum banyak yang Yerim pikirkan seperti mainan, kartun dan teman - teman.

"ih yang catu ketigalan Imo~"

Terdengar suara tawa adiknya "Ya menurutmu siapa?"

Irene meremat jari-jemarinya, air mata sudah berkumpul di pelupuk mata dan siap mengalir bak mata air. Ia belum siap  mendengar jawaban sang anak.  Lebih baik Ia beranjak pergi meninggalkan mereka. Langkahnya terburu-buru dibarengi air mata yang menetes di setiap anak tangga.

Bertahun-tahun Irene menutupi identitasnya di depan buah hatinya sendiri. Menjauhkan diri sejauh yang Ia mampu, supaya tidak larut dalam kesedihan karena meninggalnya suami tercinta. Tapi sekeras apapun usahanya, Ia tetap tidak bisa berada jauh dari sang anak. Bukankah itu hal wajar bagi setiap orang tua? Mungkin Irene yang belum  menerima takdir.

Dan sekarang sudah saatnya ia harus menerima bahwa Yerim bisa mengetahui semuanya dengan cepat. Karena anak kecil itu mudah tumbuh dan belajar, Ia tak' bisa mengulur waktu lagi. Harusnya pun Ia berterima kasih pada adiknya karena jauh lebih baik darinya dalam hal mengasuh Yerim.

Mobilnya melaju menembus dingin nya udara malam di kot metropolitan. Air mata yang hampir mengering dan mata yang memerah menjadi saksi dari seorang wanita tangguh yang sedang tidak baik-baik saja.

Ia berhenti di sebuah restoran bintang lima Seoul yang didominasi warna ungu dan bunga-bunga cantik yang menyambutnya di halaman depan. Tapi menunya justru lebih banyak khas korea daripada Amerika dan yang paling terkenal adalah Teokbokki dengan saus Gochujang-nya. Itu juga menu yang akan Irene pesan dengan soju sebagai minumnya. Dan seseorang yang ia hubungi secara mendadak akan datang menemaninya.

Lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu itu datang.

"Sudah lama aku tidak diundang kemari.." Wanita dengan setelan jeans dan kacamata macam itu berucap sambil menarik satu kursi di depan Irene.

"Loh tumben sekali anda tidak terkejut?  pantes aja melamun!"

"Unnie... Hey kau habis dihipnotis?"

Wanita itu mengguncang tubuh Irene hingga membuatnya berhasil sadar.

" J-jennie? kamu sudah datang?"

Ya, wanita narsis yang tak lain adalah ahjumma di sekolah Yerim itu adalah sahabat Irene.

i'mma tell you » ONE TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang