11. The Relationship

4.3K 477 50
                                    


Warning!
This chapter is PG-13

...

Ada begitu banyak kendaraan terparkir di depan sebuah pendopo serbaguna dengan halaman nan luas. Kanaya dan Sagara yang baru saja turun dari taksi hanya bisa terpukau dengan dekorasi penuh bunga di depan pintu masuknya.

"Nih," kata Sagara. Ia memberikan masker untuk Kanaya pakai.

"Sedih, nggak bisa lama-lama jadinya," gumam gadis itu sambil memakai masker dengan rapat.

Akibat alergi dengan serbuk sari bunga, Kanaya pasti tidak bisa berlama-lama di pesta tersebut.

"Ini bunga segar semua." Sagara memerhatikan hiasan bunga warna-warni yang membentuk terowongan dari pintu masuk hingga pendopo tempat pesta resepsi dilangsungkan.

Suara musik gamelan yang khas menyapa telinga mereka begitu melewati terowongan bunga.

Di atas pelaminan ada Regina yang tampak sangat ayu dengan pakaian pengantin khas jawa, dan paes di wajahnya.

Pengantin lelakinya juga sangat tampan. Kedua mempelai jelas bahagia, apalagi senyum lebar mereka terus merekah saat menyalami para undangan.

"Sini," ajak Kanaya. Ia menggamit lengan Sagara.

Seperti biasa, melingkarkan lengannya di lengan lelaki itu.

Keduanya masuk antrian untuk bersalaman dan berfoto bersama pengantin.

Di acara ini, ada begitu banyak undangan yang juga datang berpasangan. Kanaya tidak mengenal mereka. Sepertinya teman SMA lain yang Regina undang tidak bisa hadir.

Berbeda dengan Kanaya, Sagara malah bertemu dengan beberapa orang kenalannya.

"Wah... diundang juga?" Tanya seorang lelaki berkemeja putih dan berjas hitam tanpa dasi.

"Dia yang diundang, saya cuma ngikut," kata Sagara sambil menunjuka ke arah Kanaya.

Kenalan Sagara itu menatap Kanaya. Keningnya mengerut karena gadis tersebut memakai masker.

"Sendiri aja, Pak Galang?" Tanya Sagara kemudian.

Lelaki bernama Galang itu tampak sendirian saja. Ia bahkan cengengesan sambil menepuk-nepuk bahu Sagara.

"Pak Sagara kalau ada teman yang single, bisa loh kenalin ke saya. Apa mbaknya mungkin punya teman yang bisa dikenalin ke saya gitu," tutur Galang.

Mereka jadi mengantre bersama. Kanaya dan Sagara di depan, dan dibelakangnya ada Galang.

"Nggak punya temen dia," ejek Sagara.

Kanaya memukul lengan Sagara cukup keras, tapi lelaki itu tidak merasa sakit sama sekali.

"Ih jadi iri. Jadi pengen punya pasangan biar bisa saling gandeng kayak kalian," tutur Galang.

Kanaya menatap posisi tangannya yang menggelandoti lengan Sagara. Ia pun segera melepas tautan tangannya. Namun, dengan segera, Sagara menarik kembali tangan gadis tersebut.

Kali ini bukannya menautkan lengan. Lelaki itu malah menautkan jemarinya dengan jemari sang sahabat.

Jelas saja Kanaya terperanjat. Sejak memasuki usia remaja, mereka tidak pernah bergandengan tangan seperti itu, sebab keduanya tahu, jika seperti itu dilakukan oleh orang yang lebih dari sekedar sahabat.

"Tuh kan... bikin iri." Galang kembali membuat cuitan.

"Galang!" Seruan itu membuat Galang langsung menoleh. Lelaki itu pun pamit untuk menemui temannya yang baru datang. Katanya, ia akan mengantre lagi nanti.

Anti Romantis (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang