Bonus: Romantis?

6.4K 402 64
                                    

Suara coretan pulpen di atas kertas terdengar jelas di ruangan penuh meja dan kursi kerja. Sebagian besarnya kosong, tapi ada satu tempat yang sedang disinggahi sang pemilik.

Tampaknya, lelaki pemilik meja kerja itu sangat sibuk mencatat di buku tebal yang biasa ia pakai sebagai coret-coretan.

Ekspresi lelaki itu begitu serius. Keningnya mengerut dan matanya fokus pada tulisannya sendiri. Seolah ia sedang menuliskan hal yang sangat penting.

"Makan malam di restoran mahal," suara lelaki lain yang baru datang sambil memeluk tumpukan buku menginterupsi.

"John!" Pekik Sagara. Konsentrasinya buyar sampai ia lupa akan menulis apa lagi.

John duduk di kursi sebelah. Kemudian meraih buku Sagara tanpa perlu menunggu persetujuan si empunya.

"Gila, sampai bikin list," komentar lelaki jangkung yang terkenal sebagai dosen "tukang kardus".

"Ya biar rapi gitu." Sagara pasrah saja. Ia membiarkan rekan kerja sekaligus sahabatnya itu membaca habis poin-poin kegiatan yang ia rencanakan di hari ulang tahun sang istri nanti.

"Bangun tidur kecup kening, buatin sarapan, pergi jalan-jalan sambil gandengan tangan, makan siang di tempat favorit, lanjut jalan-jalan, makan malam di resto mahal, kasih kejutan kado ultah, nyanyi lagu selamat ulang tahun, dansa..." kemudian John tidak bisa melanjutkan apa yang ia baca. Malah terbahak dengan kelakuan Sagara ini.

"Ngapa, Lo?" Lelaki itu menyambar bukunya dari tangan John.

"It is cringe. Mungkin kalau perempuan lain bakal meleyot. Tapi bini lo kan makhluk teraneh yang pernah gue temuin," kata John di sela tawanya.

Tadinya Sagara ingin menabok John karena mengatai sang istri. Tapi setelah dipikir lagi, John tidak salah.

"Lo nggak inget apa, dua minggu lalu lo datang ke kampus kuyu banget gara-gara harus tidur di sofa dua hari?" John mengingatkan.

Ingatan Sagara melayang ke dua minggu lalu. Itu semua salahnya memang karena sok ingin memberi kejutan. Waktu itu, Sagara tiba-tiba mendatangi tempat Kanaya sedang syuting acaranya. Lelaki itu datang membawa bekal dan berbuat hal biasa, menunjukkan perhatian di depan rekan-rekan Kanaya. Tapi, wanita itu malah marah setelahnya dengan alasan tidak jelas.

"Aya emang nggak suka kejutan gitu sih," gumam Sagara. Ia menunduk dan menutup buku catatanya. "Terus gue harus gimana, John?"

"Ya..." John kelihatan bingung juga. "Turutin aja apa mau bini lo, Ga. Itu kan hari istimewa dia."

Benar kata John. Akan lebih baik untuk tidak membuat rencana macam-macam dan mengikuti keinginan Kanaya saja.

"Ya udah deh, thanks sarannya." Lelaki itu pun segera merapikan meja.

Hari sudah sore dan jam mengajar Sagara telah selesai. Ia pun pamit lebih dulu karena hari ingin segera bertemu sang istri. Kebetulan hari ini Kanaya libur dan katanya akan memasak makan malam. Jarang-jarang Sagara bisa makan masakan Kanaya karena wanita itu semakin sibuk setelah naik jabatan di kantor.

.
.
.

Aroma masakan yang sedap memenuhi hampir seisi rumah. Sembari menunggu Sagara pulang, Kanaya pun menata hasil masakannya di atas meja makan.

Ia tahu kalau lelaki itu sangat suka masakan rumah buatannya. Oleh karena itu, Kanaya menyempatkan diri untuk memasak meski sebetulnya ia malas karena lelah. Rencana libur untuk bersantai jadi sedikit melenceng. Lagipula, wanita itu juga sedikit merasa bersalah karena terlalu sibuk dan kurang memerhatikan suaminya.

"Assalamualaikum!" Suara Sagara terdengar bersemangat saat memberi salam.

"Waalaikumsalam," balas Kanaya.

Anti Romantis (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang