15. Selalu Serius

3K 417 65
                                    

"Apa lagi sekarang alasannya?" Tanya bunda pada Sagara ketika lelaki itu pulang ke rumah di larut malam.

Sagara menunduk. Ia tahu sudah salah karena memberikan ribuan alasan untuk tidak ikut bunda bertemu teman lamanya.

Beberapa waktu ini, lelaki itu mati-matian mencari alasan. Entah itu mengajar kelas malam, bus mogok di jalan, putar balik karena ketinggalan barang, sampai macet juga menjadi alasannya.

Bunda tentu saja jadi curiga. Sebab hal itu terjadi tiap kali bunda akan mengajaknya turut serta bertemu teman lama beliau.

"Jujur, emang kamu nggak mau kan bunda kenalin gitu? Kenapa sih?"

Sagara masih diam saja sambil menunduk.

"Kamu sudah dewasa, tahun depan sudah umur tiga puluh, Aga. Bunda nggak maksa kamu harus punya pasangan, tapi seenggaknya kenalan aja. Jodoh itu kan nggak cuma ditungguin, tapi juga dijemput, Sayang." Bunda terus berceloteh.

Lelaki itu menghela napas. Mungkin ini saatnya bagi Sagara berucap jujur akan perasaannya. Ia tidak ingin yang lain, ia hanya mau Kanaya.

"Aga ada hati sama cewek, Bun." Mulai lelaki itu.

Bunda yang berdiri berkacak pinggang di depan pintu, seketika melunakkan ekspresi wajahnya.

"Siapa?" Tanya beliau.

Lelaki itu menggigit bibir bawahnya. Ia mempertimbangkan untuk menyebut nama. Namun, apakah bunda bisa terima begitu saja?

"Aya." Jawaban singkat, padat, dan sangat jelas.

Bunda berjalan ke arah sofa. Kemudian duduk. Beliau menyuruh Sagara untuk duduk juga di sebelahnya.

"Serius?" Tanya bunda.

Sagara mengangguk mantap. "Serius banget, Bun. Aga nggak bisa bayangin kalau nggak sama Aya. She's everything buat Aga."

Satu helaan lelah bunda menjadi pertanda tidak baik bagi Aga.

"Tapi, Nak. Bunda yang nggak bisa."

"Bunda kan udah akrab sama Aya. Keluarganya kita kenal baik. Bahkan kita masih ada relasi keluarga. Kenapa nggak bisa?"

"Kamu tau kenapa, Aga."

"Bun..." lirih lelaki itu.

"Sekarang mungkin kamu ngerasa segalanya atau apalah. Tapi nanti gimana?"

Selalu itu saja yang jadi permasalahan. Sagara tidak mengerti, kenapa hal itu menjadi hal besar.

"Kamu turutin aja apa kata bunda. Lagian Aya udah bunda anggap anak sendiri. Masa iya anak bunda nikah sama anak bunda juga?"

Setelah mengatakan hal itu, bunda beranjak dari tempatnya. Meninggalkan Sagara yang perasaannya campur aduk.

Lelaki itu mungkin cinta dengan Kanaya, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan bundanya begitu saja.

"Terus harus gimana?" Gumam lelaki itu.

Ini adalah hal paling pelik yang ia jalani seumur hidupnya.

Ia cinta bunda, tidak ingin menyakiti hati wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya. Namun di saat yang sama, ia cinta Kanaya. Bahkan berharap jika di masa depan, sosok itu bisa terus ada di sisinya.

"Semangat, Bang," ujar Sam yang entah sejak kapan sudah duduk di balik sofa.

"Lo dengerin gue sama bunda?" Tanya lelaki itu pada sang adik.

Sam mengangguk, "gue nggak akan bilang ke Naresh atau Ajun. Tenang aja."

Kemudian Sam, kembali berkutat dengan ponselnya. Tentu saja apa lagi kalau bukan sedang bermain game.

Anti Romantis (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang