31. Tidak Terduga

3.4K 359 46
                                    

Suara hempasan ombak yang mencapai pasir membangunkan Kanaya di pagi buta.

Dalam kegelapan ruangan ia membuka mata. Remang lampu jalanan menjadi sumber cahaya satu-satunya yang ia andalkan saat beranjak dari ranjang.

Pelan, gadis itu berjalah merapat tembok hingga menemukan saklar lampu.

Seketika silau itu menyapa matanya setelah sklar ia tekan hingga menbulkan bunyi "klek" yang besar.

Di atas kasur yang lain, Kanaya melihat teman sekamarnya masih meringkuk di balik selimut.

Udara memang sangat dingin meski sekarang masih pertengahan tahun. Sudah biasa bagi para penduduk kota itu merasakan dingin menembus kulit saat di bagian bumi utara malah sedang dilanda gelombang panas.

"Sa, bangun." Gadis itu akhirnya mendekati kasur temannya. "Sasha..." panggilnya.

Iya, Sasha, juniornya di kantor itu akhirnya membuka mata. Meski malas, tapi ia tetap beranjak dan segera ke kamar mandi untuk bersiap.

Ini sudah tiga purnama sejak mereka berada di Sydney. Salah satu kota yang cukup terkenal di Australia.

Kanaya dan Sasha tidak sedang jalan-jalan. Mereka ditugaskan kantor untuk ikut short course selama tiga bulan lamanya.

"Gila, minggu depan udah bisa balik!" Seru Sasha senang. Ia tampak menantikan saat-saat mereka pulang ke tanah air.

Berbeda dengan Kanaya. Gadis itu sama sekali tidak antusias. Kembali berarti harus menghadapi Sagara. Itu juga berarti ia harus sudah siap bersikap masa bodoh tentang hubungan mereka tiga bulan belakangan.

Kanaya harus konsisten menerapkan kehidupan barunya tanpa Sagara sebagai salah satu penopang. Tiga bulan ini ia sudah berhasil melakukan itu. Pertahanan dirinya cukup kuat untuk tidak menghubungi Sagara meski rindu.

"Mbak, mau bikin sarapan apa?" Tanya Sasha saat melihat Kanaya ada di dapur. Siap-siap membuat sarapan serta bekal makan siang.

"Oat goreng," jawab Kanaya.

Jangan aneh, sebab Kanaya menemukan resepnya bertebaran di internet. Ketika tidak ada nasi yang bisa ia jadikan nasi goreng, maka oat pun jadi. Rasanya tetap enak seperti nasi goreng pada umumnya.

Sasha duduk di meja makan kecil yang hanya muat untuk dua orang itu. Di sebelahnya ada jendela yang masih tertutup rapat akibat udara yang dingin.

"Mbak." Sasha memanggil lagi. "Belum hubungi si abang lagi?"

Ini kali pertama Kanaya membahas soal "abang" alias Sagara sejak mereka tiba di Sydney.

Respon Kanaya awalnya agak terkejut. Namun, ia berusaha biasa saja dan melanjutkan kegiatannya memotong bumbu yang diperlukan.

"Mbak nggak kangen?" Lanjut Sasha.

Duh! Jelas saja Kanaya sangat rindu. Hanya saja ia tidak mau membuat hatinya kembali berantakan setelah susah payah ia tata selama tiga bulan ini.

"Tolong itu cucian di mesin cuci diputer aja deh, biar pas kita pulang dari kampus bisa langsung jemur."

Kanaya berhasil menghindar untuk menjawab Sasha. Membuat temannya itu sibuk jauh lebih baik daripada harus terus mendengar lontaran pertanyaan yang mengingatkannya pada Sagara.

"Mbak! Katanya kelas Mr. Shine diganti jadi besok!" Seru Sasha dari ruang laundry.

Kanaya mengecek ponselnya dan mendapatkan pengumuman itu juga. Jadi, hari ini ia tidak punya banyak kegiatan.

Suara langkah terburu-buru semakin dekat. Sasha begitu semringah karena tidak ada kelas.

"Aku mau jalan-jalan. Ikut?" Tawar Sasha.

Anti Romantis (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang