"Finally! Besok kita udah bisa menghirup udara Indonesia!" Sorak Sasha dengan gembira.
Gadis itu terlihat sangat bersemangat sejak kelas terakhir usai. Saat ini, Sasha bersama Kanaya berjalan santai di area kampus.
Rencananya mereka akan mengambil sertifikat short course, kemudian pergi mencari oleh-oleh yang masih kurang.
"Tapi itu juga artinya mulai kerja, Sa." Kanaya mengingatkan kembali.
"Ah... iya juga," kata Sasha dengan suara melemah.
Kanaya terkekeh saat melihatnya. Sasha itu terkadang punya semangat berlebih.
Dua sahabat itu pun tertawa kecil. Mereka meneruskan perjalanan hingga...
"Aya!"
Siapa lagi kalau bukan Sagara yang biasa memanggil namanya begitu.
Ini pertemuan ketiga mereka selama di Australia. Beberapa hari lalu, Kanaya bertemu dengannya lagi tanpa sengaja di kampus. Entah mungkin memang takdir, urusan Sagara ternyata di kampus tempat Kanaya menempuh pendidikan.
"Hah?" Itu Sasha. Gadis itu sama sekali tidak tahu kalau Sagara ada di Sydney. Kanaya tidak memberitahukannya sama sekali. "Mbak Kanaya disusulin?" Bisik gadis itu.
Sementara itu, Sagara berlari kecil dari arah gedung pertemuan untuk menghampiri para gadis. Ia tersenyum lebar sambil menatap Kanaya.
"Halo," sapa lelaki itu pada Sasha.
"Halo, Bang," tanggap gadis itu. Matanya menatap Kanaya dan Sagara secara bergantian sambil menyunggingkan seringai.
"Mau pada ke mana?" Tanya Sagara kemudian.
"Pulang," bohong Sasha. "Tapi Mbak Kanaya kayaknya belum mau pulang."
Mata Kanaya melotot ke arah Sasha.
"Gue mau pulang juga. Belum packing," sanggahnya.
"Tadi katanya mau ke Luna Park? Bukannya pengen main-main gitu terus naik biang lala?" Sasha dan mulut laknatnya hanya bisa membuat Kanaya geram.
"Oh... oke kalo gitu." Sagara tampak kecewa. Lelaki itu hendak berbalik, tapi Sasha kembali bersuara.
"Oh iya, aku kan harus kembaliin buku perpus juga. Mbak pergi aja sama si abang. Ntar aku ambilin sekalian sertifikatnya," ujar Sasha. Gadis itu pun berlari kecil, pergi meninggalkan Kanaya bersama Sagara.
"Gue pulang dulu," kata gadis itu setelah Sasha menjauh.
"Tunggu. Gue udah mau selesai acaranya. Gue bisa temenin ke Luna Park. Katanya tempatnya bagus pas malam kan?" Lelaki itu mencengkram lengan Kanaya agar tidak pergi.
"Tap..."
Kanaya tidak sempat mengelak sebab Sagara sudah menariknya ke arah gedung pertemuan.
Selama menempuh pendidikan singkat, Kanaya belum pernah menginjakkan kaki di gedung pertemuan kampus tersebut. Ini kali pertama untuknya, dan ternyata suasana di dalam cukup ramai. Beberapa orang yang tampaknya datang dari negara lain berkumpul menjadi satu di dalam gedung tersebut.
"John!" Panggil Sagara pada rekannya.
Kanaya ingat orang itu. Teman Sagara yang beberapa kali pernah ia temui juga.
Tidak hanya John yang menoleh. Tiga pemuda dan satu pemudi juga menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Bisik-bisik antar anak muda pun tidak dapat dihindari. Apalagi kala melihat tangan Sagara mencengkerama pergelangan tangan Kanaya.
"Hai," sapa John pada Kanaya.
Tanggapan Kanaya hanya tersenyum sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Sagara. Untungnya, lelaki itu sadar dan akhirnya membebaskan pergelangan tangan gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantis (Complete)
Romansa"Percuma mau ngasih seribu tangkai bunga, atau sepuluh ribu angsa kertas, bahkan bangun candi sekalipun, Kanaya nggak akan tertarik!" -Sagara. "Mau pakai kode morse, jurus rayuan macan betina, bahkan bergaya seksi di depan Sagara, dia nggak akan nge...