20. Oh Bunda

3K 367 67
                                    

Bau masakan langsung menyapa hidung Sagara saat lelaki itu keluar kamar. Ia pun melangkah cepat menuruni tangga dan menghampiri bunda yang tengah sibuk memasak dibantu ayah.

"Wah... mau makan besar nih?" Tanya lelaki itu.

Ia duduk di kursi makan dan mencomot satu perkedel kentang buatan bunda.

"Iya dong... bunda tadi Subuh beli kerang sama kepiting. Siang nanti kita makan besar sama keluarganya Tari." Bunda bicara dengan semangat dan sangat riang.

Kunyahan Sagara terhenti. Lelaki itu menghela napas berat. Jelas kalau bunda sudah sangat mengharap Sagara untuk bisa 'jadi' dengan Tari.

"Mau ke sini?" Tanya lelaki itu lagi.

"Iya. Tadinya bunda mau ngajak kalian ke tempat mereka. Tapi merekanya malah mau dateng ke sini aja. Sekalian jalan-jalan gitu, biar tau ibu kota," jelas bunda dengan semangat membara.

Kalau begini, berat untuk Sagara menyampaikan kabar tentang hubungannya bersama Kanaya.

"Kamu ada acara siang ini, Ga?" Kali ini ayah yang bertanya. Mungkin sadar akan ekspresi suram yang sekarang Sagara perlihatkan.

"Nggak ada," jawab lelaki itu.

Untuk hari ini, ia akan membuat bunda senang. Pelan-pelan, Sagara harus memberitahu sekaligus meminta restu pada bunda dan ayahnya.

"Tolong kamu rapiin ruang tamu. Tadi Sam sebelum sepedaan udah beresin halaman depan sama belakang," pinta bunda.

"Iya, Bun."

Sagara menurut dan segera mengerjakan apa yang bunda suruh.

Selama menyapu dan mengepel lantai, lelaki itu terus berpikir. Ia sedang mencari celah untuk menginformasikan bahwa dirinya dan Kanaya sudah menjadi lebih dari sahabat. Mereka sekarang sepasang kekasih yang serius untuk menjejaki hubungan yang lebih sakral.

Ia resah karena bunda sedang terlihat bahagia menyambut kedatangan teman lama serta Tari, anak teman bunda yang sedang gencar dijodoh-jodohkan dirinya.

"Aga!" Bunda memanggil.

Beliau menghampiri sambil memasang wajah semringah. Kalau begini, Sagara jadi merasa tidak enak untuk mulai bicara.

"Ya, Bun?"

"Coba tanya Aya, dia libur nggak?"

"Emang kalo libur kenapa?"

"Ya nanti diajakin makan bareng sini. Dia kan juga antusias banget mau lihat kamu deket cewek," ucap bunda dengan santai.

Sagara tidak bisa berkata apa-apa. Lelaki itu terdiam di tempatnya.

"Aga!" Panggil bunda lagi.

"Cepetan, keburu siang."

"Iya."

Sagara meletakkan kain dan ember pel ke tempatnya. Setelah itu berjalan dengan ragu ke arah rumah sebelah.

Lelaki itu bingung harus menyampaikan pesan bunda seperti apa. Ia takut Kanaya nanti malah merasa minder lagi karena sikap bunda yang terlalu bersemangat menjodoh-jodohkan Sagara dengan anak teman beliau.

"Eh... ada Bang Aga," sambut Ajun, adik Kanaya.

"Kak Aya ada di kamarnya, tapi kalau mau nemuin di ruang tamu aja," pesan Ajun.

"Kenapa?"

Bibir Ajun terangkat sebelah, membentuk seringaian.

"Ya biar nggak berbuat maksiat di dalam kamar," kata Ajun. Ucapannya sih santai, tapi ditekan saat mengucap maksiat.

Anti Romantis (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang