Hari Sabtu yang selalu ditunggu akhirnya tiba. Seperti biasa, Sagara akan bermalas-malasan di sofa sambil menonton kartun. Tidak lupa camilan keripik singkong telah terhidang di dalam toples yang didekapnya.
"Bodoh banget si Patrick," gumam Sagara, mengomentari tontonan di layar kaca.
Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar. Disusul dengan dengusan keras serta decakan.
"Lama-lama lo bisa membuncit, Bang," cibir seseorang yang baru menuruni tangga.
"Tenang, gue dua minggu sekali kan nge-gym." Sagara tidak peduli dengan cibiran adiknya yang sudah siap dengan pakaian serba ketat khas para pesepeda.
"Nggak produktif banget hidup lo pas libur," tambah adik lelaki Sagara itu.
Kali ini ia duduk di sofa tunggal dekat tempat Sagara berbaring. Lelaki yang enam tahun lebih muda darinya itu sibuk memasang pelindung lutut dan siku.
"Lima hari dalam seminggu hidup gue udah over produktif. Ngapain lagi harus sibuk pas libur?"
"Sam, udah deh... abangnya kan emang gitu," lerai bunda.
"Bunda kebiasaan sih... Bang Aga kan jadi over males tuh dibelain terus. Jangan sampai magernya itu juga bikin dia males cariin mantu buat bunda," ledek Sam, si bungsu dalam keluarga Sagara.
"Bacot ya ini bocah, mentang-mentang ceweknya tiap tikungan ada."
"Udah sana kamu, itu si Naresh nungguin di depan." Bunda menyuruh si bungsu segera pergi.
Sepeninggal Sam, bunda tidak beranjak dari tempatnya. Beliau duduk di pinggir sofa tempat putra keduanya rebahan.
"Tapi kalau bunda pikir lagi, adik kamu ada benarnya juga. Kamu punya pacar nggak sih? Atau ada cewek yang kamu suka nggak?"
"Nggak ada."
"Beneran? Kamu jangan bikin bunda khawatir," ekspresi bunda tidak bisa bohong. Jelas ada kekhawatiran tersirat dari air mukanya.
"Kemarin pas bunda arisan, ada teman bunda yang anaknya udah umur tiga puluh tahun lebih nggak nikah-nikah. Eh, ternyata sekarang dia ganti gender. Sedih banget tau. Kamu nggak gitu kan? Mana temen kamu juga cuma Aya." Bunda melanjutkan ungkapan kekhawatirannya.
"Ya enggaklah, Bun. Dulu-dulu Aga juga punya pacar kan." Sagara mengingatkan kembali tentang pacar-pacarnya.
"Yang tiap sebulan terus putus kan? Heran deh, nggak bisa apa lamaan pacarannya?"
"Ya kalo nggak cocok gimana? Daripada keburu terlalu sayang kan?"
"Dasar kamu ini."
"Bunda," panggil lelaki itu. "Kenapa bunda nggak pernah tanya, apa Aga pernah suka sama Aya? Kan temen Aga cuma Aya."
Bunda tertawa kecil, "nggak bisa dibayangin aja. Kalian kan kayak Tom dan Jerry."
Sagara ikut tertawa, "iya ya?"
"Lagian, emang kamu suka sama Aya?" Bunda kini menatap putranya. "Suka yang lebih dari teman?"
Lelaki itu berpindah posisi menjadi duduk. Ia meletakkan toples berisi keripik di atas meja.
"Aga..."
Belum selesai Sagara bicara, suara Kanaya terdengar membahana ketika memasuki rumah Sagara.
"Bunda... anak bunda yang paling cantik datang!"
"Noh anak bunda noh!" Sagara menunjuk Kanaya yang nyengir lebar saat melihat keberadaan sang sahabat serta bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantis (Complete)
Romance"Percuma mau ngasih seribu tangkai bunga, atau sepuluh ribu angsa kertas, bahkan bangun candi sekalipun, Kanaya nggak akan tertarik!" -Sagara. "Mau pakai kode morse, jurus rayuan macan betina, bahkan bergaya seksi di depan Sagara, dia nggak akan nge...