23. My Everything

3.1K 370 73
                                    


Sagara menguap beberapa kali sambil berjalan menuju rumahnya di awal pagi ini.

Oleh karena itu, langkahnya cepat agar bisa segera sampai rumah untuk beristirahat.

Semingguan ini lelaki itu sangat sibuk. Ia ada pekerjaan di Surabaya. Tenaganya banyak terkuras selama kegiatan di sana. Ditambah lagi harus berjauhan dari Kanaya dan tidak bisa menghubunginya secara intens karen kesibukan mereka.

Ngomong-ngomong, malam setelah Sagara pulang dari kencan singkat dengan Kanaya, ia dimarahi habis-habisan oleh bundanya.

"Kamu itu kalau nggak mau pergi, bilang dari awal!" Bunda tampak marah malam itu.

"Aga kan udah bilang, Bun. Bahkan Aga bilang jujur ke bunda kalo Aga punya pacar." Lelaki itu tampak frustasi.

"Aya pacar kamu, gitu?"

"Aga udah berapa kali bilang, iya."

Tapi bunda tetap tidak mau percaya. Pada akhirnya, Sagara pun merajuk. Bahkan pergi tugas masih dalam keadaan tidak berbicara pada bundanya.

Namun, ia sadar untuk segera minta maaf setelah sampai rumah.

Hanya saja, lelah dan beban pikirannya menguap tatkala mendengar gosip para tetangga yang sedang berkumpul mengelilingi gerobak tukang sayur.

"Itu anak Bu Yana si Aya kayaknya sih pacaran sama si pembawa berita ganteng di tivi," kata salah satu ibu-ibu.

Sagara mengenalinya karena kebetulan tinggal tepat di seberang rumah Sagara.

"Eh... kok bisa?" Tanya yang lain.

"Ya bisa atuh, kan kerjanya di stasiun tipi." Ibu lainnya menyahuti.

"Eh... rumor aja palingan."

"Enggak mungkin. Soalnya si ganteng dua hari lalu mampir ke rumah Bu Yana. Tanya deh Bu Fani."

Langkah Sagara sengaja memelan. Ia ingin mendengar lebih, tapi tetangganya yang memulai gossip pagi menyadari kehadirannya.

"Eh ada Bang Aga yang gagah," sapa tetangga depan rumah Sagara.

"Pagi, Tante," sapa Sagara sopan.

"Dari mana kasep?" Tanya salah satu kumpulan ibu-ibu yang bicara dalam logat Sunda cukup kental.

"Baru pulang dari luar kota," lelaki itu menjawab sesopan mungkin. "Saya masuk dulu, Tante. Selamat belanja."

Sagara pun segera masuk ke dalam rumahnya. Ia terus melangkah hingga sampai kamar dan dengan tergesa mengambil ponsel dari tas selempangnya.

"Angkat dong," gumam lelaki itu saat ia menempelkan ponsel ke telinga.

Tidak ada jawaban di ujung telepon sana. Ia pun terduduk di ranjangnya. Lupa akan lelah karena rasa kesal dan penasaran akan kebenaran gossip yang ia dengar tadi.

"Sampai ke rumah? Kok bisa?" Geram lelaki itu.

Satu minggu ia pergi ada banyak hal yang terjadi dan cukup menggemparkan tentang Kanaya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Bunda berdiri di ambang pintu sambil bersedekap dan menatap putra keduanya.

Jelas kalau bunda masih kesal dengan kejadian minggu lalu saat Sagara mangkir dari kondangan bersama Tari untuk pergi kencan dengan Kanaya.

"Hai, Bun. Assalamualaikum," katanya.

"Udah hubungi Tari buat minta maaf?" Tanya bunda.

Baru saja pulang, Sagara harus mendengar nama itu lagi. Sungguh ia ingin marah, tapi tidak bisa karena bunda.

Anti Romantis (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang