02. Kopi Darat

8.4K 758 82
                                    

Ini hari libur. Sebuah hari saat siapa saja yang sudah bekerja keras di hari lainnya untuk sejenak mengistirahatkan badan.

Begitulah yang direncanakan oleh Sagara. Namun, rencana tinggallah wacana. Lelaki yang sedang merebahkan diri di sofa ruang keluarga itu harus mendengar seruan seorang Kanaya.

"Sagara! Aga! Main yuk!"

Itu adalah kata sandi khusus seorang Kanaya sebelum akhirnya mengucap salam.

"Assalamualaikum! Bunda, ini anaknya yang paling cantik sejagad raya datang!"

Sagara sampai bisa mengikuti tiap kata dalam kalimat yang diucapkan oleh sahabatnya itu.

Bagaimana tidak, sudah dua puluh tiga tahun lelaki itu mendengar hal yang sama secara berulang.

"Eh ada Aya..." itu password yang sama versi bundanya Sagara.

Kanaya cengengesan saja. Dia paling suka memang ke rumah Sagara. Bukan untuk menemui lelaki itu, tapi suka mencicipi segala masakan buatan Bunda Sagara yang selalu enak dan tersedia banyak. Maklum, bunda harus menyediakan cemilan untuk para jagoannya yang punya perut karet.

"Bunda bikin apa?" Tanya gadis itu kemudian. Ia melewati ruang keluarga, tempat Sagara sekarang masih berbaring.

Langkah kaki gadis itu langsung tertuju ke dapur. Ia tidak segan mencomot satu bakwan yang baru selesai digoreng. Setelah itu melihat proes menggorengnya di samping bunda.

"Comot terus!" Seru Sagara.

Lelaki itu bangkit. Ia membetulkan posisi sarungnya dan mengikuti ke dapur. Iya, Sagara belum mengganti sarung yang dipakainya ke Masjid subuh tadi.

Lelaki itu dengan manja memeluk bundanya dari belakang sambil berkata, "bunda jangan kasih Aya. Dia tuh suka pelit sama Aga."

Bunda berdecak, "anak ini udah mau tiga puluh juga umurnya masih begini. Nggak malu apa dilihat sama Aya?"

"Nggak apa-apa, Bun. Anaknya memang suka malu-maluin," sahut Kanaya dengan santai.

"Kalian duduk sambil nonton aja. Nanti kalau udah jadi bakwannya, bunda anterin ke sana." Bunda memberi saran. Lebih seperti mengusir secara halus agar tidak mengganggu di dapur.

Dua orang itu menurut saja. Mereka ke ruang keluarga dan duduk di sofa sambil menyaksikan kartun Doraemon di layar kaca.

"Perasaan kita udah mau kepala tiga, tapi Nobita masih aja kelas enam SD," komentar Kanaya.

"Naruto aja udah punya anak dua padahal," sambung Sagara.

Iya, pembahasan dua sahabat itu memang begitu. Apa yang mereka lihat, itu menjadi topik pembicaraannya.

"Betewe, Ga. Gue kesini mau minta tolong." Kanaya pun mengungkapkan maksud dan tujuan kedatangannya.

"Kan udah gue duga."

"Ya kali nggak ada tujuannya ke sini."

"Minta tolong apa?"

"Anterin kopi darat."

"Kopi darat? Emang ada kopi laut."

"Anjirlah nih cowok begonya menembus langit ketujuh. Kopi darat aja nggak ngerti?"

"Ya emang apaan?"

"Ketemuan sama orang yang dikenal lewat surat atau sosmed."

"Sejak kapan lo bikin surat?"

Kanaya geregetan. Ia ingin sekali memukul kepala lelaki yang ada di sampingnya. Namun, gadis itu menahan diri sebab ia berada di kandang Sagara.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam sebelum berucap, "lo tau kan, gue lagi main tinder."

Anti Romantis (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang