Sushi bar di dekat kantor Kanaya memang cukup ramai. Rasanya enak dengan harga cukup terjangkau. Tidak heran, bahkan di petang ini pembelinya memenuhi ruangan yang tidak seberapa luas itu.
Untung saja Kanaya dan Sagara masih bisa mendapat tempat. Keduanya malah bisa duduk di meja bar yang menghadap tepat ke arah dapur.
Pemandangan para chef yang sedang mengolah bahan menjadi sebuah hidangan enak dan menarik pun menjadi pemandangan luar biasa bagi mereka.
"Enak yang sushi party aja pesannya," usul Sagara saat mereka melihat menu bersama.
"Oke."
Kanaya sebenarnya tidak pernah rewel jika sedang makan di luar bersama Sagara. Toh, gadis itu bisa makan apa saja, asal halal. Kecuali yang makanannya mengandung apel, itu big no!
Oleh karena itu, Sagara senang sekali pergi kulineran bersama Kanaya.
Setelah memesan menu pilihan, keduanya pun terdiam. Sagara berpikir untuk meluruskan permasalah mereka kemarin agar tidak berlarut. Ia tak ingin hal itu menjadi masalah besar bagi mereka.
Namun, Kanaya lebih dulu angkat bicara. Topik pembicaraannya tentang pertengkaran mereka kemarin.
"Maaf soal yang kemarin. Gue cuma kebawa perasaan. Pas di rumah gue mikir lagi kok, dan sadar itu karena emosi aja." Gadis itu menjelaskan.
Hati Sagara lega, ia tadinya takut kalau Kanaya kembali meragukan jalan yang mereka ambil.
"Maaf juga ya, gue kemarin kesel sama lo." Sagara juga minta maaf.
"Lain kali jangan kasar-kasar kalo narik tangan gue," ungkap Kanaya.
"Iya. Lo juga jangan cepet jadi merendahkan diri sendiri," balas lelaki itu.
"Iya."
"Janji?"
Sagara mengangkat tangan kanannya dan mengacungkan jari kelingking.
"Iya janji," kata Kanaya. Kemudian menautkan kelingking kanannya dengan kelingking Sagara.
"Oke, beres ya. Kita nggak lagi mode bertengkar." Sagara berdeklarasi, sementara Kanaya mengangguk.
Keduanya saling tersenyum. Tepat setelah itu menu pesanan mereka datang. Fokus pun tertuju pada makanan karena perut mereka sudah berdendang akibat lapar.
Saat sedang menikmati makanan, sebuah suara yang dikenali Kanaya menginterupsi.
"Loh, katanya mau pulang, kok di sini?"
Gadis itu urung menyuap potongan ketiga sushi salmon kesukaannya.
"Hai, Liam. Habis ini gue pulang kok." Kanaya terpaksa melengkungkan bibirnya untuk tersenyum.
"Ngikut kumpul aja sama kita-kita. Kan sekalian," kata Liam kemudian.
Liam memang tidak sendiri. Rekan-rekan Kanaya yang lain sudah melewati mereka sambil menyapa dengan melambaikan tangan. Mereka duduk di meja besar dekat jendela yang mengarah ke jalanan.
Tadinya Kanaya tidak enak untuk menolak. Toh, mereka juga sama-sama makan di tempat itu. Namun, Sagara mengambil alih pembicaraan.
"Habis ini kita langsung balik. Lagian makanan kita udah datang. Jadi, lanjut aja sama yang lain," ujar lelaki itu.
Tatapan mata Liam pada Sagara jelas terlihat tidak suka. Hanya saja Sagara tidak peduli. Ia malah kembali melahap potongan sushi kelima.
"Ay, cepet habisin. Katanya capek?" Tiba-tiba, Sagara memberi perhatian lebih dengan menyumpit sushi kesukaan Kanaya dan menyodorkannya di depan mulut gadis itu. "Aaa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Romantis (Complete)
Romance"Percuma mau ngasih seribu tangkai bunga, atau sepuluh ribu angsa kertas, bahkan bangun candi sekalipun, Kanaya nggak akan tertarik!" -Sagara. "Mau pakai kode morse, jurus rayuan macan betina, bahkan bergaya seksi di depan Sagara, dia nggak akan nge...