34. Restu

4.5K 436 49
                                    

Ping!

Lampu tanda sabuk pengaman bisa dibuka menyala. Sementara laju pesawat terus melambat hingga akhirnya berhenti dengan sempurna.

Secara resmi Kanaya berada di tanah air lagi. Dilihatnya Sasha yang tampak bersemangat bisa menghirup kembali udara penuh polusi ibu kota. Bahkan sejak tadi, juniornya itu tidak henti membicarakan berbagai rencana aktivitas yang akan ia lakukan besok.

"Sayang banget ya, Mbak Kanaya nggak satu pesawat sama si abang," kata Sasha.

"Apaan sih," tanggap Kanaya.

Gara-gara Sasha mengungkit tentang Sagara, gadis itu jadi teringat kejadian semalam. Ia merutuki diri sendiri yang malah terbawa suasana.

Setidaknya berbeda penerbangan membuat Kanaya bisa sedikit bernapas lega. Ia jadi tidak perlu merasa gelisah akibat detak jantungnya yang menggila.

Sagara sudah lebih dulu pulang dengan penerbangan pagi. Sementara Kanaya baru berangkat menjelang siang.

Hari sudah sore sekarang. Kanaya disambut kermaian setelah keluar dari garbarata. Ia dan Sasha terus berjalan bersisian menuju tempat pengambilan barang.

"Aya!" Panggilan itu sontak membuatnya terkejut.

Sagara melambaikan tangannya sambil memamerkan senyum lebar. Ia berjalan mendekat dan tidak lupa menyapa Sasha juga.

"Lo masih di sini?" Tanya Kanaya.

"Iya. Udah dua jam belum keluar sama sekali," kata lelaki itu dengan santai.

"Ciee... ditungguin." Sasha mengejek. "Aku nunggu koper di sana aja," lanjutnya.

"Sha!" Panggil Kanaya saat juniornya itu berjalan menjauh.

"Biar aja, Ay. Lo masih pakai koper yang biru kan?" Sagara meninggalkan trolinya pada Kanaya. Lalu berdiri di depan jalur keluarnya barang-barang bagasi.

"Gue juga bawa tas jinjing yang merah," kata Kanaya kemudian.

Sagara mengacungkan jempolnya. Lelaki itu jelas tahu barang-barang Kanaya karena dulu mereka membelinya bersamaan. Lebih tepatnya memesan secara custom. Jadi bentuk koper dan tas itu sangat khas. Sagara juga punya yang sama, hanya beda warna. Sekarang, koper merah marun itu teronggok di atas troli.

Di belakang, Kanaya menatap punggung Sagara. Gadis itu merenung, memikirkan apakah keputusannya tepat untuk memulai kembali hubungan yang selama ini memberatkannya.

Tapi, hati kecil Kanaya terus berteriak untuk menerima apa pun yang Sagara berikan untuknya.

"Ayo pulang," kata lelaki itu setelah mendapatkan dua barang bawaan Kanaya dan meletakkannya di atas troli.

Lelaki itu juga mengambil alih troli agar Kanaya tidak perlu mendorongnya. Gadis itu cukup berjalan di samping Sagara saja.

"Gue dijemput Ajun," ucap Kanaya.

Gadis itu sudah menginformasikan kepulangannya. Lalu, Ajun, salah satu adiknya yang mendapat mandat untuk menjemput di bandara.

"Oh ya udah, gue ngikut." Sagara berucap santai. Lagipula mereka ke tujuan yang sama. Jadi, untuk apa pergi terpisah-pisah bukan?

"Aga," panggil Kanaya.

Lelaki itu menoleh, lalu tersenyum sambil menatap teduh Kanaya.

Siapa yang tidak akan luluh kalau begini caranya. Kanaya jadi bingung harus apa.

Sebelah tangan Sagara pun melepas pegangan pada troli. Lelaki itu meraih jemari Kanaya, dan menautkannya erat.

Lagi dan lagi, Kanaya dibuat tidak bisa berkutik. Lelaki itu selalu berhasil memberikan rasa nyaman dan aman untuknya.

Anti Romantis (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang