Keadaan pagi itu runyam apalagi saat beberapa orang mulai berkumpul di sekitar ruang perawatan jisung. Keanehan ini tercium oleh minho yang memang berniat mampir sejenak sebelum ke camp pelatihan, ingin mengecek kondisi jisung yang nyatanya semakin memburuk.
"Ada apa?"
Minho bertanya dengan tabib yang kebetulan baru keluar dari kamar jisung. "Kondisi tuan jisung semakin memburuk karena guncangan yang diterimanya"
Minho segera bergegas masuk ke dalam lalu mendapati jisung yang meringkuk di lantai sambil terus merintih kecil. Bahkan tidak sesekali jisung menarik rambutnya seakan-akan hal itu sama sekali tidak menyakitinya saat ini. Minho yang melihat itu memilih untuk mendekati jisung secara perlahan karena minho paham bahwa jisung masih merasa takut, takut dengan suara-suara yang menggema di dalam kepala tiada henti.
"Jisung"
Jisung tidak merespon, masih sibuk dengan rasa sakitnya. Akhirnya minho memilih menyentuh tangan jisung membuat jisung terperajat lalu terkejut melihat minho ada di hadapannya.
"M-minho"
"Kenapa? Kepala mu sakit"
Jisung menggeleng lalu tiba-tiba menangis kencang membuat minho langsung kelabakan sendiri dengan perubahan jisung. Bahkan jisung kembali menarik dan memukul kepalanya sendiri membuat minho mencoba menahan semua pergerakan jisung yang masih terus ingin menyakiti diri sendiri.
"Hei hei, jangan lakukan itu nanti kepalamu sakit"
"Berisik, kepalaku seperti berisik sekali. Dia terus menggeram dan marah kepadaku"
"Kau akan bersamaku, jangan takut padanya. Kau harus mengajaknya untuk menjadi teman"
Jisung menggeleng dan merintih. "Tidak mau, dia galak dan selalu mengatakan bahwa aku menbunuhnya. Aku tidak kenal dia minho"
Jisung memukul-mukul kepalanya dengan kuat dan brutal membuat minho khawatir. Minho mencoba menghentikan pergerakan jisung yang mulai diluar kendali, kekuatan jisung sangat sulit ditaklukan semenjak peter menyusul. Bahkan minho mengeluarkan feromon alphanya saat ini untuk membuat jisung tenang tetapi tidak memberikan efek apapun.
Tanpa berfikir panjang minho menarik tangan jisung agar berhenti lalu membuat jisung menatapnya. "berhenti, berhenti untuk menyakiti dirimu sendiri"
Perkataan minho yang dingin membuat jisung bungkam di tempat. Menatap minho yang melihatnya dengan tajam, jisung malah semakin takut tetapi setidaknya rasa takut karena minho bisa mengalihkan fikirannya sehingga suara-suara peter tidak lagi terdengar di kepalanya. Jisung terisak kecil membuat minho menghela nafas pelan.
Minho menarik jisung ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggung jisung dengan perlahan, mengeluarkan suara-suara untuk menangkan jisung bahwa jisung akan baik-baik saja sampai kapanpun. Butuh waktu beberapa menit sampai jisung tenang, minho sedikit menjauhkan tubuhnya membuat jisung mendongakan kepala untuk melihat minho kembali.
"Jangan memukul dirimu seperti tadi lagi"
"Hm"
Jisung mengangguk lalu menaruh tangannya di pipi minho, memperhatikan seluruh sisi wajah minho dengan seksama. Perlakuan jisung yang seperti tidak sadar tersebut diterima minho begitu saja karena merasa bahwa jisung mungkin butuh sesuatu agar lebih tenang. Tanpa aba-aba jisung menarik wajah minho mendekat ke wajahnya, membiarkan hidung mereka bersentuhan membuat jisung memejamkan matanya sejenak.
"Jisung"
Panggilan minho tidak di hiraukan jisung sampai dimana akhirnya minho memilih menikmatinya. Nyatanya kedua mahluk tersebut tidak sadar sama sekali saat bibir mereka sudah bertemu. Minho membawa tubuh jisung untuk lebih dekat dengannya dan memeluk tubuh jisung begitu erat sedangkan jisung mengusap setiap sisi wajah minho.
Bibir mereka saling melumat untuk memberikan ketenangan satu sama lain, bahkan minho sudah mulai berani memasuki lidahnya, diterima dengan jisung yang membuka mulutnya. Lidah mereka saling beradu membuat mereka berdua begitu menikmati lumatan demi lumatan yang diberikan satu sama lain.
Tentu kegiatan mereka cukup mengejutkan untuk siapapun yang melihatnya. Bahkan chan yang hendak melihat keadaan jisung mematung di tempatnya sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan memilih untuk kembali menutup ruangan tersebut.
"Ayo kita kembali lagi nanti. Kita tidak bisa mengganggu jisung untuk saat ini"
—
Keadaan jisung sudah tenang seperti sedia kala tetapi perubahan wajah jisung begitu ketara. Jisung lebih mudah bersemu dan salah tingkah apalagi saat ini dirinya tengah makan ditemani oleh minho yang sedari tadi belum pergi juga. Anehnya minho biasa saja, seperti mereka tidak pernah melakukan apapun sebelumnya.
"K-kau tidak makan?"
Cicitan jisung membuat minho yang sedang mengupas apel untuk jisung menoleh lalu menggeleng. "Aku sudah sarapan tadi di kamarku. Habiskan makananmu"
Jisung mengangguk dan memilih menunduk, memainkan makanan di hadapannya lalu menyuap sedikit demi sedikit. Sejujurnya di kepala jisung saat ini terus berputar adegan dimana bibir mereka bersentuhan membuat pipinya mulai bersemu kembali. Jisung merutuki dirinya yang berbuat lancang, menyentuh wajah minho karena kalau jisung tidak berbuat seperti itu pastinya mereka tidak akan berciuman seperti tadi.
"Ada apa?"
Jisung menoleh lalu menggeleng kecil. "Tidak kok"
"Wajahmu merah, kau demam?"
Minho mendekati jisung tetapi jisung langsung memundurkan tubuhnya membuat minho terkejut. "Kenapa? Kau takut padaku?"
"Tidak kok. Aku tidak demam dan tidak takut padamu tapi boleh tidak jangan terlalu dekat"
"Memangnya kenapa? Atau kau malu karena tadi berciuman denganku?"
"Apa maksudmu?"
Wajah jisung semakin merona membuat minho hampir saja ingin tertawa keras tetapi dia tahan. Minho hanya terkekeh lalu beranjak dari tempatnya, menyerahkan sepiring apel yang sudah di kupas ke arah jisung.
"Makan apelmu setelah makanannya habis, aku harus ke camp pelatihan sebentar dan akan kembali sore nanti. Jangan menyakiti dirimu lagi ya"
Setelah itu minho pergi meninggalkan jisung di kamarnya. Sesungguhnya jantung minho saat ini seperti berdetak dua kali lebih cepat bahkan lino yang biasanya tenang malah mulai berisik, meminta minho untuk melanjutkannya lagi karena lino ingin ikut menikmati.
"Kau itu kenapa sih? Bukannya dilajutkan kembali, malah pergi dari sana"
"Berisik. Tidur sana kau"
"Tidak. Kembali ke ruangan tadi dan lanjutkan kegiatanmu, aku merasa nyaman dekat dengan—"
Minho memutuskan komunikasinya dengan lino saat itu juga dan berjalan cepat menuju camp pelatihan dengan wajah yang hampir bersemu merah tetapi di tahan sebisa mungkin. Tidak jarang sesekali minho tersenyum saat dikepalanya terlintas wajah jisung yang kehabisan nafas setelah berciuman dengannya, bibir merah yang terbuka telah sedikit bengkak karena gigitan minho.
"Haishhh, aku memikirkan apa sih"
Minho menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan fikiran tadi dan segera ke camp pelatihan untuk melihat pelatihan yang dipimpin changbin hari ini, walau minho dibebaskan tugas tetapi tetap saja minho masih akan tetap memantau sesekali kok.
—
Aku kembali!
Semoga kalian ga pernah bosen untuk nunggu aku publish setiap part dari semua ceritanya ya. Aku berusaha banget untuk tetep komitmen selesain semua yang udah aku mulai dan dukungan kalian adalah yang utama buat aku.
Makasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Give Me Back • MINSUNG
FantasyTidak ada yang salah dari semua hal saat ini. Tetapi mengambil milik orang lain tanpa izin adalah suatu yang buruk dan menimbulkan berbagai masalah yang terlalu rumit. Jadi, bisa tolong kembalikan itu kepadaku atau aku yang akan mengambilnya sendir...