[SATU]

846 74 0
                                    

"Kau tau kesalahanmu apa han jisung!!!"

Teriakan yang memenuhi toko roti kecil itu seperti sapaan pagi yang sangat baik untuk anak manis berpipi gembul. Jisung hanya bisa meringis kecil sambil mengusap-usap pelan telinga kanannya karena mendengar teriakan dari ibunya yang saat ini menatap kearahnya dengan murka.

Entah kesalahan apa lagi yang ia perbuat membuat si wanita tua itu lagi dan lagi meneriakinya. Lagipula hal itu sudah seperti makanan sehari-hari, apalagi dengan embel-embel 'anak tidak berguna'. 

Yah mau bagaimana lagi? Dirinya bukanlah anak laki-laki yang hebat seperti kakanya yang tengah ikut berperang dengan prajurit kerajaan.

"Keluar sana kau"

Jisung berbalik dan memilih keluar dari toko roti kecil milik keluarganya yang telah di wariskan secara turun-temurun. Orang tuanya adalah pewaris terakhir di kota kecil ini, maka dari itu mereka tetap memaksa untuk membuka toko roti sampai maut menjemputnya dan berharap anak keduanya meneruskan usaha mereka. 

Sayangnya, anak yang diharapkan itu tidak berminat untuk hidup dalam kerangkeng yang disebut toko roti. Ia lebih suka berkelana menjadi petualang bersama teman-temannya. Itu impian terbesarnya sejak ia kecil.

"Aduh, telingaku sakit"

Ia mengusap telinganya dengan perlahan dan berfikir mau kemana kali ini karena pastinya dia tidak akan nekat untuk pulang lagi sebelum malam menjemput. Jisung lebih suka berada di luar rumah dan jauh dari pandangan mata ibu serta ayahnya yang selalu saja bisa menangkap kesalahannya lalu akan meneriakinya sampai wajah mereka memerah karena menahan kesal.

"Kemana ya enaknya aku hari ini?." Jisung terhenti di pinggir jalan, menatap orang-orang di desa yang beraktivitas seperti biasa. Desa kecil ini berada di bawah kerajaan besar yang menjulang di ujung jalanan sana. Biasanya rakyat mereka hanya bekerja sebagai petani, peternak, pedagang, atau membuka toko kecil seperti keluarganya.

Hidup di desa ini selama 20 tahun cukup menyenangkan sebelum si kaka pertamanya pergi untuk menjadi prajurit kerajaan. 

"Aku pergi ke rumah felix saja"

Jisung melangkahkan kakinya menyusuri jalanan menuju sebuah toko kecil yang menjual kain dan pernak-perniknya. Menghampiri teman sebayanya sejak kecil adalah keseharian favoritnya, biasanya mereka akan menghabiskan waktu di pasar atau di hutan. Setidaknya lari sebentar dari kewajiban membantu orang tuanya  bukan masalah besar kan?

"Lix"

Felix yang sedang mengangkat beberapa gulungan kain menoleh dan mendapati jisung yang berdiri dengan senyuman lebar seperti orang bodoh. Kali ini felix paham bahwa jisung pastinya membuat onar lagi di rumahnya, makanya laki-laki berwajah tupai itu memilih kabur dan menghampirinya.

Felix menaruh gulungan kain tersebut di rak yang tersedia sesuai dengan perintah ayahnya. Hari ini toko kain cukup ramai karena sebentar lagi akan ada festival yang diadakan oleh kerajaan, maka dari itu banyak warga desa yang berbondong-bondong untuk membeli kain baru.

"Ayah, aku keluar sebentar ya"

Teriakan felix membuat si pak tua mengangkat ibu jarinya yang berarti menandakan ia setuju. "Jangan terlalu malam pulangnya. Kita banyak kain yang harus di ambil dari gudang"

"Oke"

Felix berjalan keluar meninggalkan ayahnya yang masih sibuk berbicara dengan pelanggan dan memilih menghampiri jisung yang menampilkan wajah bodohnya.

"Jadi kemana kali ini?"

"Hutan?"

"Tentu, tempat yang tepat"

Mereka pergi meninggalkan hirup-pikuk desa yang ramai menuju hutan yang tenang. Mereka seorang remaja muda membutuhkan suasana tenang dan jauh dari keramaian untuk mengistirahatkan tubuh mereka terlebih dahulu tentunya.



[1] Give Me Back • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang