[DUAPULUH ENAM]

913 82 18
                                    

Jisung melangkah diikuti minho, keluar dari perbatasan hutan menuju tempat keramaian yang dimana itu adalah rumah jisung sebelum akhirnya jisung tau siapa dirinya. Jisung menoleh saat merasakan tangannya di genggam oleh minho yang saat ini menggunakan jeans, kaos beserta jaket, serta sepatu boots. Biasanya minho hanya akan pakai celana kain selutut tanpa atasan apapun karena lebih mudah berubah alasannya.

"Kau takut?"

"Entah, aku bingung kalau mereka nanti bertanya sesuatu"

Minho mengeratkan genggamannya lalu mengelus punggung tangan jisung menggunakan ibu jarinya. "Tidak masalah, aku akan bantu menjelaskan"

"Aku masih bisa bertemu temanku nanti kan minho?"

"Sayang, kapanpun kamu bisa ke sini asal selalu bilang padaku terlebih dahulu ya?"

Jisung mengangguk dengan pipi yang bersemu merah. Setelah sesi bulan purnama itu, jisung benar-benar enggan untuk melihat minho karena dirinya malu sekali apalagi dengan ledekan dari karin serta hyunjin yang tiada henti. Tetapi saat minho melayangkan tatapan tajamnya membuat mereka mengunci bibir.

Minho tidak pernah berubah kecuali saat bersama jisung.

Hirup-pikuk pagi hari di pasar desa membuat jisung rindu dengan suasana ini. Sudah berapa lama dirinya pergi meninggalkan desa tepatnya hidup, mungkin sudah terlalu lama ya sampai mereka semua tidak lagi sadar hadirnya jisung saat ini.

Jisung membawa minho ke salah satu rumah beserta toko yang sangat jisung rindukan sejak lama. Tersenyum tipis saat menatap toko roti itu penuh dengan pelanggan yang datang untuk membeli sarapan. Semerbak bau roti membuat semua orang pasti akan berbelok untuk mampir sejenak.

Jisung menunggu sejenak sampai keadaan toko mulai sedikit sepi, ditemani minho yang tidak henti-hentinya menoleh kesana-kemari. Sejujurnya minho sudah biasa berbaur di kerumunan manusia tetapi saat ini dia bersama seseorang yang harus sangat di jaga. Keberadaan jisung dengan peter yang masih memiliki sedikit ketakutan membuat minho tetap berada di mode waspada.

Saat ini jisung malah sibuk berperang dengan fikirannya. Apakah masuk ke dalam dan menyapa kedua orang tuanya itu adalah pilihan baik? Atau tidak usah bertemu sampai kapanpun?

Kau harus menemui mereka, sayang. Mereka selalu menunggu kehadiranmu sejak lama.

Jisung menoleh ke arah minho yang menatapnya dengan tatapan teduh. Koneksi mereka semenjak mating semakin meningkat sehingga mereka bisa mengobrol lewat ikatan batin yang bertaut.

Aku takut.

Aku tau itu, aku bisa merasakannya. Kamu mateku dan setiap kamu gelisah, sakit, terluka maka aku akan merasakannya juga.

Minho apapun yang terjadi kamu pasti ada bersamaku kan?

Tentu sayangku, aku akan selalu bersamamu.

Jisung mengeratkan genggamannya di tangan minho lalu akhirnya menghembuskan nafas sejenak sebelum berjalan kembali. Masuk ke dalam toko diikuti minho dibelakang.

"Ibu ayah"

Cicitan jisung membuat kedua orang tua yang sibuk itu menoleh lalu terkejut. Tanpa jisung perkirakan, ibunya berjalan dengan tergesa-gesa kearahnya dan langsung memeluk jisung erat.

"Jisung anakku, kamu akhirnya pulang"

——

Setelah adegan peluk dan diberi rentetan pertanyaan. Akhirnya jisung dibawa masuk ke bagian sisi toko yang di sebut rumah, bersama minho mereka duduk nyaman di dalam kamar jisung yang di rindukan

[1] Give Me Back • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang