6 | Hari Sial

6 2 0
                                    

Happy reading besti akuu ♥️

"Aku akan menjadi matahari jika kamu adalah es. Dan aku akan menjadi air jika kamu adalah batu. Karena meluluhkan mu adalah tugas ku."
-Gibran Rahardian K-

🌼🌼🌼

"Aaaa!!!" Jerit Naura saat lampu di ruangan itu tak lagi bersinar. Tubuh gadis itu seketika bergetar.

Gibran yang mendengar jelas jeritan tersebut seketika langsung menghampiri gadis itu. Tanpa diperintah tubuhnya langsung mendekap tubuh Naura yang bergetar.

"Ra, tenang ada gue." Lirih Gibran.

Naura yang mengetahui ada seseorang yang memeluk dirinya itu langsung mengeratkan pelukan tersebut. Karena menurutnya dengan pelukan itu bisa sedikit mengurangi rasa takut di dirinya.

"G--gue ta--kut Gib!" Ujar Naura dengan suara bergetar. Keringat dingin mulai mengalir membasahi kening Naura.

Melihat itu Gibran mengelus pelan kepala Naura. "Ada gue Ra, gausa takut gue nggak akan kemana-mana." Kata Gibran menenangkan gadis yang ada dipelukannya itu.

Kali ini Gibran tidak memiliki niatan untuk modus dan sebagainya. Hal itu murni karena instingnya yang tak mau melihat perempuan itu ketakutan. Pelukan itu pun tak Gibran rencanakan, tanpa ia sadari tubunya bergerak lebih dulu sebelum ia sempat memikirkan tindakan yang pas.

Berada di rangkulan Gibran membuat rasa takut di diri Naura sedikit berkurang. Ia sudah membung gengsi saat berada sedekat ini dengan lelaki itu. Karena mengatasi trauma itu lebih penting dari rasa gengsi atau apapun itu.

"Lo phobia sama kegelapan Ra??" Gibran membuka suara setelah beberapa saat keheningan menyelimuti mereka.

Naura mendengus. "Kalo udah tau, ngapain lo nanya lagi? Cari bahan pembicaraan yang lebih bermutu kek."

"Hmm.... Kalo gitu, lo anak kelas mana??"

"Kepo banget sih lo sama hidup gue!!"

"Lah, tadi lo nyuruh cari bahan pembicaraan yang bermutu, pertanyaan gue tadi bermutu loh Ra. Karena emang gue belum tau lo dari kelas mana." Bantah Gibran karena tak terima atas respon yang Naura berikan.

"Trus, kalo lo udah tau gue anak kelas mana, emang lo mau ngapain?? Ngapel setiap saat di kelas gue?!" Naura menyeringai. "Ah gue lupa kan lo udah punya pacar, jadi ga mungkin kan nanti lo ngelakuin itu?!"

"Btw pacar lo pasti akan marah kalo tau elo dari kemarin--"

"Siapa bilang gue punya pacar?!" Sahut Gibran cepat. "Gue punyanya mantan. Ah ralat, bisa dibilang mereka bukan mantan gue sih, karena emang gue ga punya perasaan apapun ke mereka. Kan gue sukanya sama lo."

"Gila!! Lo tadi barusan bilang apa?? Mereka?? Wah parah ternyata lo fakboy akut ya?! Dan sorry gue ga akan kemakan rayuan dari cowo-cowo buaya macem lo."

Gibran tertawa. "Yakin?? Kalo gue sih ga yakin sama omongan lo. Ya secara nih gue emang lebih dalam segala-galanya. Ganteng iya, baik banget, jago basket, dan tentunya tajir, siapa sih yang mau nolak pesona gue?? Buktinya lo sejak tadi nyaman-nyaman aja tuh ada di rangkulan gue."

Sontak Naura langsung melepaskan diri dari lelaki itu. "Itu beda konsep bambang!! Gue melalukan itu karena kepaksa!! Atau emang lo mau liat gue mati ketakutan?!"

Suasana gelap di ruangan itu kembali mengaduk-aduk hati serta pikirannya. Dan reflek Naura kembali merangkul tangan Gibran.

"Plis jangan ke gr an. Gue melakuakn ini murni karena gue takut, bukan mau modus ke elo!!" Ujar Keira cepat sebelum lelaki itu kembali melontarkan kata-kata yang tidak masuk akal.

EVANESCENT : Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang