13 | Surat dan Cokelat

8 1 0
                                    

Happy Reading ❤️

"Ada kalanya kata yang di ucapkan oleh bibir tak sesuai dengan kata hati. Bukan berniat berbohong, hanya saja ada beberapa hal yang belum saatnya dijelaskan. Because all will have its time, right?"
-Kenzie Dirga-

🌼🌼🌼

Ruangan yang beberapa menit lalu sunyi senyap seketika kembali ricuh saat pria berusia setengah abad itu baru saja menyudahi penjelasannya.

"Ken, plis jangan ngilang-ngilang lagi!! Ini besok kita udah presentasi, sedangkan materi dari lo belum lengkap, padahal gue tinggal finishing ppt nya. Atau lo berniat bolos kelas waktu matkul besok??" Cerocos gadis dengan rambut tergerai itu.

Setelah menutup laptopnya Kenzie tersenyum menatap gadis itu. "Pikiran lo kadang terlalu negatif ya?! Apa gue terlihat sebagai mahasiswa yang suka bolos??"

"Ga sih, tapi siapa tau aja kan... Ah elah Ken gue sampe capek nge spam chat lu, andai lo ga sekelompok sama gue, gue juga ogah melakukan itu setiap hari."

Kenzie terkekeh. Rupanya sekelompok dengan Risa tidak seburuk yang ia kira. "Yaudah mau lo sekarang apa?!"

"Wah sarap nih bocah!! Gue dari tadi ngomong ga lo dengerin?? Ah atau lebih parah lagi dari kemarin lo ga memahami chat yang gue kirim??"

Sekali lgi Kenzie terkekeh. "Serah lu aja Ris." Katanya lalu beranjak dari kursi yang ia duduki.

Risa sontak menahan lengan Kenzie. Enak saja lelaki itu mau kabur. "Gak! Lo ga boleh kabur!! Pokoknya hari ini juga lo harus--"

"Harus ngemenin lo finishing ppt, that's right?!" Sahut Kenzie dengan senyum miringnya. "Yaudah yuk ikut gue ke cafe!"

Senyum seketika merekah di bibir Risa. "Bentar, gue mau ambil tas dulu!!" Ujarnya lalu melesat menuju kursinya dan langsung kembali menyusul Kenzie.

"Lo bawa motor apa gimana?!" Tanya Kenzie saat mereka sudah berjalan di koridor menuju pintu keluar.

"Bawa motor kok tenang aja."

"Oh yaudah, soalnya nanti setelah dari cafe gue mau langsung jemput adek gue."

Mendengar kata adik, membuat Risa menolehkan kepala kearah Kenzie. "Lo punya adek?!" Kenzie pun mengangguk.

"Wah daebak!! Kasian dong adek lo harus ngadepin kulkas jalan kek lo,"

Kenzie terkekeh. "Enggak kok, apa lo mau daftar jadi adek gue?!"

"Ih ogah!! Sekelompok sama lo aja udah bikin gue naik darah!!"

Kenzie masih saja terkekeh. Namun tangannya saat ini terulur mengacak pelan rambut Risa. "Sa ae lu!!" Setelah mengucapkan, itu ia berjalan mendahului Risa.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Kenzie membuat Risa langsung mencubit tangannya, untuk memastikan yang terjadi saat ini bukanlah mimpi.

"Aww!" Ternyata kejadian yang ia alami saat ini bukanlah mimpi. "Bukan gue yang mimpi, jadi kayaknya si Kenzie yang ada masalah. Apa iya yang tadi disebelah gue adalah jin jelmaannya Kenzie?!"

Karena perlakuan tak biasa itu kenapa malah membuat otak Risa travelling kemana-mana?! Ah sial.

Risa pun yang tak ingin melanjutkan pikiran negatif nya itu pun langsung menggelengkan kepalanya berulang kali. Berusaha membuang segala pikiran-pikiran itu. Sedetik kemudian ia langsung berlari mengejar Kenzie yang sudah hilang di belokan depannya.

Risa memelankan langkahnya saat melihat Kenzie seperti sedang menelpon seseorang. Ah iya apa mungkin adeknya? Tapi sepertinya tidak. Karena raut wajah Kenzie telah berubah seperti menahan amarah. Tidak mungkin kan jika bertelponan dengan sang adek membuat Kenzie marah?

EVANESCENT : Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang