Happy Reading ❤️
"Andai kala itu semesta tak mempertemukan kita, pasti sampai sekarang kita masih menjadi dua orang asing yang tak saling memberi harapan. Harapan yang berhasil melukaiku dan dirimu."
-Naura Azkia P-🌼🌼🌼
Tit!
Pintu kamar hotel itu terbuka. Setelah sekian jam akhirnya mereka bisa kembali merebahkan tubuh di kasur empuk itu.
"Gila, hari berputar cepet banget ya? Rasanya baru kemarin kita sampe di Bali, eh taunya besok udah balik." Ujar Serinda dengan menatap langit-langit kamar yang berwarna putih itu.
"Bener banget, andai kita bisa liburan seminggu disini. Eh engga, sebulan pun gue betah kok disini." Sahut Alissa yang sedang duduk di bibir kasurnya.
"Besok kalo kita udah sukses, sabi lah balik ke sini. Itung-itung liburan bareng sahabat." Reina yang berada di kasur sebelah Alissa pun ikut menimpali.
"Kalo dipikir-pikir lagi nih ya, kayaknya seru juga kalo kita liburan sendiri. Atau, kalian mau honeymoon bareng disini?!" Serinda bangkit dari tidurnya, lalu melempar tatapan bersemangat itu kepada tiga orang sahabatnya.
"Njir lah, ya ga honeymoon juga Ser!" Mereka seketika tertawa saat mendengar protesan dari Alissa.
"Kali aja gitu kalian mau. Biar satu villa rame," Serinda kemudian bersiap membisikkan kata selanjutnya. "Sama desahan kita. Hahaha" lanjutnya dengan suara kecil, dan disusul tawa yang menggema.
Keempatnya pun tertawa. Bisa-bisanya cewek se polos Serinda mengatakan itu. Ah ralat, bukan polos, tapi pura-pura polos. Karena hanya mereka yang tau sosok seperti apa Serinda itu. Coba aja kalian buka aplikasi pembaca novel gratis di ponsel Serinda, pasti kalian langsung paham seperti apa otak gadis itu. Dasar..
"Btw nih ya, selama tiga hari ini kenapa lo berubah jadi pendiem sih Rei?" Alissa menggeser duduknya, agar ia bisa menatap Reina yang berada di sebrang sana.
"Gue kan emang pendiem Sa." Reina terkekeh.
"Bukan-bukan. Ini seperti... bukan lo." Alissa lantas menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Jangan-jangan lo jelmaannya si Reina?"
Bugh!
Boneka kepala hello kitty yang Naura lemparkan itu tepat mengenai kepala Alissa.
"Ini nih efek dari kebanyakn nonton film horor." Ujar Naura. Lalu ia beranjak dari kasur, menuju lemari untuk mengemasi pakaiannya.
"Haish, kali aja gitu." Mendengar itu Reina lagi-lagi tertawa.
"Engga Sa, ini gue, Reina Diandra."
"Reina itu kayaknya mabok perjalanan deh, jadi dia selama beberapa hari kemarin lemes gitu." Sahut Serinda. "Ya ga Na?"
Reina pun mengangguk. "Emang gue nya aja yang lemah," katanya santai, lalu menyengir.
"Guys-guys! Kalian liat gelang abu-abu gue ga?!" Tanya Naura dengan nada sangat gelisah. Alissa, Reina, dan juga Serinda menggeleng.
Saat mengetahui bahwa ketiga temannya tak ada yang tau, Naura pun berdecak. Ia semakin bingung mencari dimana keberadaan gelang itu. Saku rok maupun saku hoodie nya sudah ia rogohi. Dan ia masih belum menemukan keberadaan gelang tersebut.
"Tadi emang lo taruh mana Ra?" Tanya Serinda yang sedang berjalan mendekati Naura.
"Tadi tuh gue pegang dan seinget gue udah gue masukin ke saku. Tapi sekarang gaada," jelas Naura dengan raut yang masih terlihat sangat gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT : Serpihan Luka
Teen FictionSemua luka pasti ada obatnya. Memang seperti itulah hukum alam yang berlaku. Namun, bagaimana jika obat yang paling kita percayai dapat menyembuhkan, justru adalah penyebab terbukanya satu luka milik kita? Menyakitkan memang. Tapi itulah yang Naura...