8 | Perasaan Nano-Nano

4 2 0
                                    

Happy reading besti akuu ♥️

"Sifat kamu terlalu nano-nano. Tapi entah kenapa aku suka."
-Gibran Rahardian K-

🌼🌼🌼

"Ayo Ra, gue akan antar lo pulang!!" Kata Gibran dengan sedikit menarik tangan Naura.

"Gue takut akan semakin merepotkan lo Gib." Ujar Naura sebelum ia naik keatas motor Gibran.

"Ah elah, santai aja. Lagian liat tuh langitnya udah mendung, lo mau hujan-hujanan disini??"

"Ya enggak sih."

"Makanya udah ayo naik!! Gue sama sekali ga merasa direpotin kalo itu berhubungan sama lo."

Setelah mempertimbangkannya, Naura pun memilih untuk menerima tawaran Gibran.

"Thanks ya Gib."

Sedetik kemudian motor Gibran melesat membelah keramaian jalan raya.

Awan mendung itu semakin pekat, seakan-akan berkumpul dilangit ibu kota. Dan beberapa menit kemudian air hujan mulai menetes membasahi bumi dimana Naura berpijak.

Awalnya memang hanya rintikan biasa, namun lama-kelamaan berubah menjadi guyuran besar. Gibran yang saat itu tidak membawa mantel untuknya ataupun untuk Naura pun memutuskan untuk berteduh di salah satu teras toko yang sedang tutup.

Ia menoleh kearah Naura yang sibuk mengibaskan rambutnya yang sedikit basah. Baju gadis itu juga tampak sudah basah di beberapa bagian.

Akhirnya Gibran memutuskan melepas blazer seragamnya, lalu memakaikannya ketubuh Naura. "Sorry ya gara-gara gue, lo harus kehujanan gini." Katanya.

"Ih Gib gausa!!" Tolak Naura dengan mengembalikkan blazer abu itu.

"Gpp Ra pakai aja!!" Gibran kembali memasangkan seragamnya itu ke tubuh Naura. Gadis itu menatap kearah Gibran. Dan lelaki itu membalas tatapan Naura dengan senyuman.

Lalu tangan Gibran terulur ke arah puncak kepala Naura, dan ia mengelus pelan puncak kepala gadis itu. "Gue ga mau kalo lo sampe sakit Ra!!"

Ah ucapan buaya. Dan Naura hafal akan trik-trik seperti itu. Sehingga ucapan serupa tak akan langsung membuat hatinya luluh. Ia pun samar-samar tersenyum miring.

Setelah percakapan itu, keduanya kembali terdiam. Tak ada lagi yang membuka suara hingga hujan yang turun mereda.

"Ra, lo gapapa pulang sekarang??" Tawar Gibran, karena memang masih ada beberapa rintik hujan yang membasahi tanah itu.

Naura mengangguk. "Gapapa Gib, lagian cuma gerimis. Nanti kalo nunggu terang tambah kemaleman."

"Oke, yuk!!" Ajak Gibran lalu mendekati motor miliknyan diikuti Naura yang mengekor dibelakangnya.

Beberapa detik kemudian, motor Gibran kembali melesat menerobos rintik hujan yang masih setia membasahi tanah itu.

Setelah menempuh 10 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Naura. Gadis itu pun langsung turun dari motor Gibran.

"Thanks ya Gib!" Kata Naura sembari menyerahkan blazer yang sedari tadi ia kenakan, kepada sang pemilik asli.

"Iya santai aja Ra. Eee gue balik dulu ya?!" Setelah mengucapkan itu, Gibran langsung memakai kembali helm nya. Namun saat Gibran hendak menyalakan motornya, tangan Naura terulur menahan tangan lelaki itu.

"Gib. Eee lo mau ga mampir ke rumah gue?!"

Gibran yang seperti mendengar kata-kata impossible itu pun langsung membuka kembali kaca helm nya.

EVANESCENT : Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang