9 | Perjuangan Awal

4 2 0
                                    

Happy reading besti akuu ♥️

"Tidak selamanya perhatian adalah tanda suka. Agar tak terjebak kedalam rasa yang salah, hendaknya tingkatkan kepekaan agar kita bisa membedakan beranekaragam rasa itu."
-Gibran Rahardian K-

🌼🌼🌼

Sekolah sudah ramai sejak beberapa menit lalu. Karena memang 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Dan Gibran menjadi salah satu siswa yang baru saja tiba.

Lelaki itu berjalan menyusuri koridor untuk menuju kelasnya. Ah ralat, kelas cewek incarannya. Pasalnya, koridor yang ia lalui saat ini bukanlah koridor kelas IPS melainnkan kelas IPA. Ngapain juga dia kesana jika bukan untuk bertemu dengan gadis itu?

Disaat seperti inilah suasana kelas di seluruh sekolah sama. Ya, penuh dengan kehebohan. Entah itu karena tugas ataupun ghibah pagi.

Kepala Gibran menyembul di pintu kelas 11 Ipa 2, mencari keberadaan Naura. Dan setelah matanya berhasil menangkap sosok gadis itu, akhirnya ia langsung melangkahkan kaki menghampiri gadis yang duduk di bangku deret kedua itu.

"Selamat pagi cantikk!!" Seru Gibran dengan senyuman manis yang terbentuk di bibirnya. Namun, Naura mengabaikannya.

Gadis itu sedikitpun tak melirik laki-laki yang duduk di kursi depan bangkunya. Seakan-akan di depannya itu tidak ada penghuninya.

"Jangan jutek-jutek dong, nanti cantiknya hilang,"

"Bodo!!"

"Pamali loh kalo pagi-pagi bawaannya ngegas mulu."

"Mending nih ye, pagi-pagi itu sedekah senyum, biar harinya barokah!!" Gibran terus melemparkan ucapan-ucapan itu dan berharap Naura akan meresponnya.

Namun tetap saja, Naura masih tetap tak memberikan respon apapun ke Gibran. Malah ia semakin fokus pada ponsel di tangannya. Jiwa ke kepoan Gibran meningkat, ia entah kenapa penasaran dengan apa yang mencuri perhatian gadis itu melebihi dirinya.

Oleh karena itu Gibran memutuskan untuk melihat sendiri apa yang sedang gadis itu lihat di ponselnya. Namun, usaha Gibran yang mencoba mengintip ponsel milik Naura pun gagal. Pasalnya gadis itu dengan sengaja meninggikan ponselnya, dan menghilangkan celah untuk Gibran melihat.

"Lihat apa sih?? Sampe-sampe orang di depannya ga dianggep," Ucapnya.

"Serah gue anjirr!!"

Gibran menghela napas pelan. Ia memikirkan lagi topik untuk mengusik gadis di depannya. Dan ia mulai berulah saat ide itu tiba-tiba muncul di kepalanya.

"Gimana? Lo semalem mimpiin gue kan??"

"Dih! Jangan ngarep!!"

"Kalo gue sih tadi malem mimpiin lo. Secara plester dari lo aja nempel terus di kepala gue, ya ga heran kalo otak gue isinya lo semua. Sampe kebawa mimpi lagi. Kuat banget ya perasaan gue?"

Naura sebisa mungkin menahan emosi yang siap meledak kapan pun. Tingkah menyebalkan Gibran benar-benar membuatnya muak. Dan tadi ia bilang apa? Plester?? Wahh Naura sekarang benar-benar menyesal sudah mengobati lelaki itu. Lagian itu itu plester kenapa ga di ganti?? Masa iya orang sekaya Gibran ga punya plester di rumah?!

Untuk mengakhiri penderitaan dari gangguan Gibran, akhirnya Naura memutuskan untuk meletakkan ponselnya, lalu menatap lelaki di depannya itu.

"Gib, asal lo tau, gue ga peduli sama mimpi lo! Entah lo mimpi gue kek, mimpi mantan lo kek, mimpi mimi peri sekali pun gue ga peduli!! Yang gue peduliin sekarang adalah ketenangan gue! Kehadiran lo pagi-pagi kek gini semakin membuat mood gue down tau ga! Jadi mumpung gue masih sabar, mending lo--"

EVANESCENT : Serpihan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang