Happy Reading ❤️
"Menyakitkan memang, saat pada akhirnya aku sadar bahwa prioritas mu bukanlah aku."
-Raka Alfareza-🌼🌼🌼
Sudah sejak 30 menit tadi mereka menikmati pantai kuta Bali. Setelah mereka mengunjungi wisata bedugul, lalu pusat oleh-oleh Bali, barulah mereka mengunjungi tempat ini. Salah satu pantai yang wajib untuk dikunjungi wisatawan.
Tiga puluh menit lalu, Naura menghabiskan waktu untuk berfoto entah bersama teman sekelasnya ataupun dengan sahabantnya.
Ah tak lupa ia juga mengabadikan momen bersama Gibran. Tentu saja karena lelaki itulah yang menyarankan terlebih dahulu. Seakan-akan tidak akan afdol jika di tempat wisata Gibran belum mengajak Naura foto bersama.
Beruntung sore ini awan mendung sedikit menutupi langit di sana, sehingga cahaya matahari tak begitu menyengat dikulit. Dan untung saja kali ini awan mendung tersebut tak berpotensi hujan. Naura tau hal tersebut karena Gibran beberapa menit lalu mengoceh tentang dirinya yang mencoba membaca prakiraan cuaca disana.
Rupanya hal receh yang Gibran katakan terkadang berhasil menghiburnya. Naura pun perlahan menarik sudut bibirnya. Setelah ia pikir-pikir lagi, ternyata lelaki seperti Gibran tak seburuk yang ia pikirkan.
"Jadi Ra, lo gausa takut hujan, karena menurut penelitian gue hujan ga akan turun di daerah ini. Karena sebentar lagi awannya bergeser." Gibran beralih menatap gadis yang duduk di sampingnya.
"Nikmat tuhan mu manakah yang kamu dustakan?!" Ucap Gibran melantur disertai cengiran aneh.
Tapi Naura yakin kalimat itu tidak ditujukan untuknya. Dan akhirnya ia mengikuti arah pandangan Gibran.
"Heh!! Gibran!!" Sontak Naura langsung menutup mata lelaki itu.
"Apa cewek bule berpakaian bikini adalah nikmat yang Tuhan berikan?! Sadar woi!! Itu mah malah nambah dosa lu, bukan nikmat!!!"
Gibran tertawa saat mengetahui respon Naura. Tangannya menurunkan tangan Naura yang menutupi matanya. Dan saat itulah iris matanya tepat bertemu dengan iris Naura.
"Kalo gue ga boleh liat mereka, gue boleh dong liat bidadari di depan gue ini?!" Goda Gibran.
Saat itu juga Naura menyesal karena sudah mengakatan kalimat tersebut. Masalahnya nih, setiap rayuan yang Gibran lontarkan akhir-akhir ini ber-efek besar bagi dirinya.
Karena sudah salah tingkah bukan main, Naura pun memutuskan untuk berdiri dari duduknya. Dan ia berniat untuk meninggalkan Gibran. Dasar cowok ga peka!!
Tapi sayangnya reflek Gibran lebih cepat dari yang ia duga. Tepat sebekum ia melangkahkan kaki, Gibran sudah terlebih dahulu mencekal tangannya. Menahan agar dirinya tak pergi.
"Kenapa pergi?" Tanya Gibran yang saat ini suda berdiri tepat di depan Naura. Ia pun menaikan dagu Naura, agar mata gadis itu bisa menatapnya.
Senyum itu terlebih dahulu terbentuk di bibirnya. "Ah gue tau. Lo pasti cemburu kan sama mereka?!"
Njir lah bukan gara-gara cemburu pe'a!! umpat Naura dalam hatinya.
Naura memincingkan matanya. "Hellow Gibran Rahardian!! Coba pikir deh, ngapain juga gue cemburu cuma gara-gara lo liat bule itu. Gue ngelakuin itu cuma ga mau dosa lo nambah banyak hanya karena liat hal-hal begituan!!"
"Ish, ternyata cewek gue iman nya kuat banget ya!! Oke, gue ga akan liat mereka lagi. Tapi sebagai gantinya gue bakal terus mantengin bidadari yang udah Tuhan kirimkan tepat di depan gue. Boleh kan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT : Serpihan Luka
Teen FictionSemua luka pasti ada obatnya. Memang seperti itulah hukum alam yang berlaku. Namun, bagaimana jika obat yang paling kita percayai dapat menyembuhkan, justru adalah penyebab terbukanya satu luka milik kita? Menyakitkan memang. Tapi itulah yang Naura...