Happy Reading ❤️
"Jika otak ingin pergi, tapi hati ingin menetap, pilihan mana yang akan kamu ikuti?"
-Naura Azkia P-🌼🌼🌼
"Guys-guys!! Gue rasa lebih baik kita pindah cafe deh." Kata Aziel tiba-tiba.
"Kan elu yang ngajak kita kesini bocah!! Lagian kenapa sih? Udah gaada diskon?"
Aziel berbalik menatap kearah dua sahabatnya. "Ini lebih urgent daripada itu. Noh liat yang duduk disana siapa!!" Ia menunjuk kearah perempuan yang sedang duduk di pinggir jendela.
Gila! Kenapa timingnya ga pas gini sih? Parah sih ini kalo sampe Gibran tau!
"Sialan! Yaudah yuk pindah sebelum Gibran dateng!"
"Tapi sayangnya semua udah terlambat." Kata Mahesa yang dipenuhi rasa penyesalan. "Tuh, si Gibrannya udah dateng."
Dua laki-laki yang lain ikut menoleh kearah yang ditunjuk oleh Mahesa. Dan benar, disana Gibran baru saja turun dari motor sportnya, dan sedang berjalan kearah mereka.
"Kalian kenapa masih disini? Gue kira malah udah booking tempat." Kata Gibran yang baru sampai ditengah-tengah mereka.
"Ahaha, itu.. Kita emang sengaja nungguin lo Gib, soalnya kita punya planning ke cafe lain. Disini gue rasa menunya kurang cocok." Alibi yang Aziel buat semasuk akal mungkin.
"Makanannya enak kok. Gue kemarin baru aja beli disini setelah pulang kantor. Makanya waktu kalian ngomong mau kesini gue langsung setuju."
"Ah, gitu ya Gib."
"Yaudah yok masuk! Gue yang traktir nih, masa sih kalian nolak?" Tawar Gibran dan langsung berjalan mendahului mereka.
Namun langkahnya seketika terhenti. Mata Gibran tak sengaja menangkap sosok yang saat itu juga berhasil memporak-porandakan hatinya. Ya, ia melihat Naura. Gadis yang sangat ia rindukan beberapa hari ini.
Mampus!
Aziel, Darel, dan juga Mahesa kompak mengumpat di dalam hati. Mereka sangat tau apa yang membuat Gibran berhenti. Semoga saja Gibran tak melakukan hal bodoh.
Namun, pemikiran Gibran berbeda dengan harapan mereka. Tanpa pikir panjang, lelaki itu langsung melangkahkan kaki memasuki cafe untuk menghampiri gadis itu. Welcome to the hell!
"Gib, jangan!!" Aziel menahan lengan Gibran agar lelaki itu tak meneruskan langkahnya.
Gibran melepas kasar cekalan Aziel. "Gue harus menyelesaikan semua ini sendiri Zi. Gue harap lo ngerti."
Saat Gibran sudah memutuskan sesuatu, ia sudah tak bisa diganggu gugat. Seperti itulah Gibran Rahardian. Ketiga lelaki yang lainnya pun selalu paham mengenai sifat keras kepala yang sudah sejak lama melekat di watak sahabat mereka itu.
"Zi, kalo ada apa-apa lo harus tanggung jawab!" Ucap Darel.
"Shit!!"
Sedangkan Naura tak tau apapun yang terjadi diluar sana. Karena ia masih fokus dengan ponsel di genggamannya. Setelah Raka pergi ke toilet, ia memutuskan untuk melanjutkan membaca manga yang sudah ia tunda sejak kemarin.
Kalian tau? Setelah mengucapkan kata paling tabu itu, Raka tanpa merasa bersalah langsung mengelak. Dengan wajah tanpa dosanya itu Raka mengatakan bahwa tadi yang ia katakan hanyalah candaan.
Padahal, ia tak tau saking terkejutnya jantung Naura sempat berhenti berdetak. Bagaimana bisa ia menerima pernyataan cinta dengan tiba-tiba seperti itu? Apalagi pernyataannya keluar dari bibir Raka. Cowok yang menjadi first love nya. Parah ga sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT : Serpihan Luka
Teen FictionSemua luka pasti ada obatnya. Memang seperti itulah hukum alam yang berlaku. Namun, bagaimana jika obat yang paling kita percayai dapat menyembuhkan, justru adalah penyebab terbukanya satu luka milik kita? Menyakitkan memang. Tapi itulah yang Naura...