Happy Reading ❤️
"Andaikan aku adalah alasanmu tersenyum setiap saat."
-Raka Alfareza-🌼🌼🌼
Sudah empat hari ini Gibran tidak masuk. Empat hari pula Naura lost contact dengan lelaki itu. Ah malah sepertinya lebih dari empat hari. Enam hari mungkin?
Meskipun begitu, Naura justru bersyukur. Karena dimanapun ia berada dirinya tak perlu risih dengan kehadiran Gibran yang sudah seperti penguntit itu.
Tidak ada lagi yang mengganggu waktu paginya, istirahat, maupun saat pulang. Tidak ada lagi lelaki dengan tingkah menyebalkan tapi dirinya suka itu. Ah shit, ia tak mau lagi mengingat hal itu.
Rasanya saat ini Naura kembali di saat-saat sebelum Gibran hadir mengusik hidupnya. Damai. Meskipun masih ada beberapa mulut yang masih membicarakan tentang pembicaraan antara dirinya dan Aziel tempo hari.
Naura tak meladeni ucapan-ucapan tidak enak yang mereka ucapkan. Anggap saja angin lalu yang numpang lewat di sebelah kita. Benar bukan? Toh ia rasa cepat atau lambat pasti mereka akan capek sendiri berceletuk seperti itu. Karena nyinyirin orang emang gaada gunanya, bukankah begitu?
Oleh karena itu, untuk membuang kesuntukkan nya, Naura memilih untuk menghabiskan hari ini dengan Raka. Seperti katanya kemarin, tepat jam 1 Raka sudah sampai di rumah Naura. Naura pun sudah selesai bersiap-siap.
Di bawah sana, Kenzie langsung menemui Raka empat mata. Sedangkan Claudia memilih untuk membuatkan tamunya itu sebuah minuman.
"Jadi, lo temen yang Naura maksud tempo hari?" Tanya Kenzie yang langsung mendapatkan anggukan dari Raka.
"Iya bang."
"Temen satu sekolah?"
"Bukan bang. Aku sekolah di SMA Trizan. Kita kenal karena kita sealumni SD." Jelas Raka.
"Oh gitu. Jadi, lo mau ngajak adek gue kemana aja?"
Glekk..
Raka susah payah menelan air liurnya. Ditanya seperti ini oleh Kenzie seperti sudah diwawancarai oleh calon mertua.
Tapi nih ya, aura yang dikelaurkan Kenzie sejak tadi sudah cukup membuah Raka tertekan. Cara bicara, tatapan, serta gerakan yang lelaki itu perlihatkan sedikitpun tak membuang aura yang melekat pada tubuh Kenzie itu. Wah, sepertinya Raka baru paham apa yang Naura maksud kemarin. Ternyata abangnya emang se galak ini. Oh my god!
"Abang ish, kepo amat sih kita mau kemana." Suara Naura terdengar mendekati ruang tamu, tempat dimana Raka dan Kenzie duduk.
Raka menerjabkan mata beberapa kali. Pasalnya Naura yang ia lihat siang ini sangat-sangat cantik. Hanya outfit sederhana yang perempuan itu kenakan, tapi sudah cukup untuk membuat hati Raka berdebar tak karuan. Oh Tuhan indah sekali ciptaan mu.
"Apa ga sekalian abang pasang pelacak di tubuh Naura biar tau Naura kemana," Naura kemudian tertawa dengan ucapannya sendiri.
"Nak Raka ini tehnya diminum dulu." Kata Claudia sembari meletakkan secangkir teh hangat di depan Raka.
"Makasih tan." Kata Raka lalu menyeruput sedikit teh hangat tersebut.
Beberapa menit setelah Raka menghabiskan minumannya, Naura mengajak Raka untuk berpamitan kepada Kenzie dan juga Claudia. Jika lama-lama disini bisa semakin panjang pertanyaan yang Kenzie lontarkan. Biasalah kakak yang terlalu overprotektif kepada adeknya.
Raka memang tak mengatakan akan membawa Naura kemana, tapi Naura yakin lelaki itu akan membawanya ke tempat dimana ia bisa menghilangkan sedikit bebannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT : Serpihan Luka
Teen FictionSemua luka pasti ada obatnya. Memang seperti itulah hukum alam yang berlaku. Namun, bagaimana jika obat yang paling kita percayai dapat menyembuhkan, justru adalah penyebab terbukanya satu luka milik kita? Menyakitkan memang. Tapi itulah yang Naura...