Pemuda itu nampak menikmati suasana cafe yang tenang dan sepi, sesekali ia akan melihat pada jam tangannya untuk memastikan waktu pertemuannya dengan seseorang.
"Kenapa kau meminta untuk bertemu Na Jaemin?" Sebuah suara mengejutkan Jaemin yang tadinya masih sibuk melihat pada jam tangannya.
"Hyung" panggil Jaemin dengan nada senang.
"Hyung" ucap orang itu sedikit heran, pemuda itu lalu duduk diseberang Jaemin. "Kau memanggilku hyung sekarang, awal pertama kita bertemu kau pura-pura tidak kenal dengan ku?" Tanya pemuda itu remeh.
Jaemin nampak menatap pemuda itu dengan malu, "mian, aku hanya.."
"Katakan tujuanmu meminta ku untuk bertemu?" Sambar pemuda itu ketika memotong ucapan Jaemin.
Jaemin menghela nafasnya pelan mendengar ucapan dari kakak tertuanya,"Kembalilah kerumah hyung" ujar Jaemin.
Pemuda itu tiba-tiba tertawa kencang, "rumah?" Tanyanya dengan sinis, "rumah yang mana, kau tidak akan lupa bahwa aku dan adikku diusir dari rumah itu tepat di hari kematian ibu kamu bukan" jawab pemuda itu dengan nada dingin.
"Niisan, apa kau masih membenci kami semua?" Tanya Jaemin lirih.
"Ya" jawab pemuda itu tanpa ragu, "bagaimana bisa aku tidak membenci kalian, dengan tanpa perasaan kalian mengusirku yang masih berumur lima tahun dengan membawa adikku yang bahkan masih sangat kecil, kau pikir apa yang bisa dilakukan anak berusia lima tahun diluar sana tanpa membawa apapun" ujar pemuda itu dingin.
Jaemin terdiam, apa yang dikatakan oleh kakaknya itu benar, namun jika saja saat itu ayahnya memiliki kemampuan Jaemin yakin hal buruk itu tidak akan terjadi pada kakaknya.
"Berhenti meminta ku dan adikku untuk kembali, itu akan percuma aku sudah berhenti berharap pada kalian semua sejak lama" ujar pemuda itu dengan nada dingin.
Jaemin mengangguk paham, "aku mengerti tujuan ku sebenarnya bukan itu" kini Jaemin berbicara dengan nada serius. "Dia sudah mulai merencanakan sesuatu, dan aku yakin jika ia tidak akan memberitahu pada kalian saat ini" ujar Jaemin.
"Apa rencananya" tanya pemuda itu sembari menikmati minumannya.
"Dia akan turun sendiri mengatasi James Lee"
Prank
Jawaban Jaemin membuat pemuda itu emosi, bahkan dengan kuat ia membanting gelas yang dipegangnya ke lantai. "Dan kau setuju" tanya pemuda itu dingin.
"Ya" jawab Jaemin tanpa ragu.
Dengan emosi pemuda itu berdiri lalu menghampiri Jaemin, dengan cepat ia cengkeraman leher kemeja Jaemin hingga membuat Jaemin berdiri. Tanpa rasa takut Jaemin memandang pemuda itu dengan amarah, "aku membiarkan dirimu berada disisi Haechan karena aku percaya kau bisa melindunginya, tapi apa yang sedang kau lakukan sekarang" desis pemuda itu dengan nada berbahaya.
Jaemin tersenyum dingin, "aku mendukungnya karena aku punya kekuasaan yang bisa kugunakan untuk melindunginya, sedangkan kau ketakutan saat ini karena kau tahu kau lemah dan tidak memiliki apapun untuk mendukungnya" ejek Jaemin dengan seringai meremehkan di bibirnya. Haechan pasti akan terkejut dengan sisi lain dari Jaemin jika ia ada disini saat ini.
Pemuda itu melepaskan cengkeramannya dan memandang Jaemin dengan tatapan terluka, ia membalikan tubuhnya dan berpegangan pada meja. Jaemin mendekati pemuda itu dan memegang pundaknya, "kembalilah hyung dan ambil alih kekuasaan Tousan. Kelompok kita telah menjadi nomor satu di Jepang, dengan semua itu kau bisa menjadi pilar paling kuat untuk Haechan" ujar Jaemin yang membuat pemuda itu meremas tangannya erat, perasaan ragu itu hadir karena apa yang dikatakan oleh adik tirinya ini benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fak3 (Nahyuck X NCT127+Winwin)
FanfictionDonghyuck tidak tahu bagaimana arwahnya bisa masuk ke tubuh seorang pemuda yang sialnya memiliki wajah yang sama persis dengannya. Lee Haechan memilih untuk bunuh diri karena merasa tidak dibutuhkan lagi oleh orang-orang tersayangnya. Donghyuck men...