Yeji menoleh kesamping dimana Mingyu masih tertidur, ia sedikit meringis nyeri pada bagian bawahnya. Tampaknya bagian bawahnya lecet, karena kini terasa begitu perih. "Bajingan tua sialan, ia benar-benar menghajarku tanpa henti" batin Yeji seraya menatap Mingyu dengan ekspresi marah.
Yeji turun dari ranjangnya lalu memunguti bajunya, ia berjalan menuju meja didepan ranjangnya lalu mengambil sebuah handycam yang telah sengaja dipasang secara tersembunyi disana.
Yeji berusaha untuk tidak berisik saat keluar kamar, ia tertegun saat melihat Haechan dan Hyunjin di depan kamarnya. Entah kenapa Yeji merasa malu pada putranya dan tidak sanggup menatap anak semata wayangnya.
"Ini" ujar Yeji seraya menyerahkan handycam kepada Haechan, Haechan menerimanya sembari tersenyum lebar. "Memang ada gunanya, dia itu orang tidak tahu malu, akan percuma menyebarkannya" ujar Yeji.
"Siapa yang berniat menyebarkannya" jawab Haechan yang membuat Hyunjin dan Yeji menatapnya dengan bingung. "Lalu untuk apa?" Tanya Hyunjin.
"Rahasia" sahut Haechan dengan senyum misterius.
Haechan mengambil handphonenya yang terus bergetar, "aku pulang dulu, hyungdeul ku sudah menjemput" pamit Haechan lalu pergi begitu saja.
"Dia benar-benar memperlakukan rumah ini seperti rumahnya sendiri" ujar Hyunjin, ia menunduk sekilas pada Yeji sebelum pergi dari sana.
Yeji memasuki kamar lagi, dan melihat Mingyu yang menatapnya. "Kau darimana?" Tanya Mingyu.
Yeji tersenyum genit sebelum naik kepangkuan Mingyu, "aku habis minum, kau membuat tenggorokan ku sakit" ujar Yeji dengan nada merajuk.
Mingyu memeluk pinggang Yeji lebih erat hingga payudara Yeji menempel pada dada telanjang Mingyu. "Kita lakukan lagi" ujar Mingyu yang membuat mata Yeji terbelak. Belum sempat memberikan jawaban tubuh Yeji telah dibanting kebawah dan Mingyu dengan cepat mengukungnya.
"Aaahhh.... Bren...seekk" umpat Yeji pada tubuhnya yang sakit.
Sedangkan Haechan tersenyum riang saat tahu Taeyong dan Mark yang menjemputnya. Dengan santai Haechan menarik tangan Taeyong untuk duduk dibelakang bersamanya. "Aku bukan supir" umpat Mark.
"Tapi aku mengantuk" ujar Haechan dengan nada merajuk. Mark mana bisa menolak ketika melihat wajah memelas Haechan, pada akhirnya ia hanya mendesah pasrah dan masuk ke kursi kemudi. Taeyong tersenyum senang saat tahu Mark tidak bisa melawan Haechan.
Haechan sedang terlelap nyenyak saat tiba-tiba mobilnya berhenti mendadak, Haechan hampir memaki Mark saat ia melihat di luar mobil mereka telah dihadang oleh beberapa orang. "Bajingan dari mana ini" omel Taeyong kesal.
"2.5.7.10, ah ada sepuluh orang masing-masing dari kalian empat dan aku" putus Haechan seenaknya, namun Taeyong dan Mark tidak protes sama sekali.
Ketiganya turun untuk menghadapi orang-orang yang berani menghadang perjalanan mereka. "Pulang sana, sebelum mati ditanganku" ujar Haechan dengan nada songong. Mark dan Taeyong hanya memilih untuk pura-pura tuli, mau dilarang juga nanti mereka yang dapat omelan.
"Che.... Kalau bukan karena kami harus membawamu hidup-hidup aku pasti akan membunuhmu" ujar pemimpin dari orang-orang itu, namun Haechan malah menatap kelompok itu dengan acuh.
"Hm.Kim Mingyu" ujar Haechan menebak namun orang-orang itu tidak berekspresi apapun. "Oh bukan, James Lee" meski sekilas tapi Haechan melihat tangan sang pemimpin sedikit bergetar.
"Kalian kembali, aku akan ikut dengan mereka" bisik Haechan pada Taeyong dan Mark. "Tidak, bagaimana kau bisa ikut mereka, kau bisa berada dalam bahaya" sahut Mark tidak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fak3 (Nahyuck X NCT127+Winwin)
FanficDonghyuck tidak tahu bagaimana arwahnya bisa masuk ke tubuh seorang pemuda yang sialnya memiliki wajah yang sama persis dengannya. Lee Haechan memilih untuk bunuh diri karena merasa tidak dibutuhkan lagi oleh orang-orang tersayangnya. Donghyuck men...