Pada Akhirnya

11 1 0
                                    

Pada Akhirnya,
Aku terjaga antara rasa kantuk dan rasa bersalah.
Rasa rindu sekaligus ingin marah.
Meski akhirnya, aku hanya bisa berdoa.
Pada Akhirnya,
Halaman tiap halaman terbaca.
Tak semuanya indah,
Apa adanya.
Seperti berdiri di antara cermin.
Aku memandangmu dari sudut yang berbeda.
Begitu rapuh,
Begitu ingin saling sentuh.
Terhalang Tapi.
Seperti pusaran air yang berputar di kepala,
Berkumpul menjadi doa-doa.
Bukan kah kita harus memanjatkan yang baik-baik saja?
Karena pastinya akan berbalik pada kita.
Satu masa,
Berganti masa,
Akan kah masih membara jika berganti setelahnya?
Entah,
Seperti halaman tersembunyi yang tak boleh dibaca siapapun.
Begitu pula dengan adanya Kita.
Meski Angin hari ini sangat sejuk,
Kita tak boleh merasakan semilirnya.
Meski Air terasa dingin,
Kita tak bisa menenggak kesegarannya.
Apa yang kita miliki selain isi-isi kepala yang rumit?
Serta keadaan yang tak pernah memihak kepada kita.
Sungguh, tertawa bersama mu adalah segalanya.
Padahal terlambat.
Tapi, lebih baik daripada
Kita berputar pada kesalahpahaman.
Apa yang kita miliki,
Adalah MilikNya.
Sudah sepatutnya.

Sederhana (Kumpulan Puisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang