Negosiasi Alternatif

19 0 0
                                    

Adakah tempat di mana langit kita tak berwana biru, namun keunguan

dengan debu halus yang masuk ke mata sedikit, sehingga kau menyeka air mataku perlahan dan memelukku dengan lembut?

Adakah hari dimana kita hanya menghabiskan hari hujan dari petang hingga malam dengan tersenyum, ya dengan makanan hangat yang tak terlalu hambar?

Adakah waktu yang berjalan lebih lambat di saat kau duduk bersama ku mendengarkan lagu yang sama setiap saat?

Adakah kesempatan yang selama ini menjadi tanda tanya dan rasa bersalah pada sebuah dosa yang dituliskan sang pencipta, untuk membuatnya menjadi pahala?

tapi di masa kini kita terlambat.

kita terlalu lemah, meski merindu dengan perlahan dan menyiksa.

Bisa kah kita berdiri di depan jalan itu? dengan pakaian tebal hangat dimana rambut mu tertiup angin dan langit kita berwarna ungu? sungguh matamu yang tersenyum itu memabukkan.

dimana tempat itu hanya ada emosi hangat yang membuat kita terus berjalan beriringan?

meski kita terus terjebak dalam jarum jam yang berdetak.

Bisa kah kita bernegosiasi, terhadap janji yang pernah kita buat?

Memiliki satu sama lain terasa tak mungkin di tempat yang langitnya berwarna biru ini.

Bisa kita menyebrang ke balik ruangan dimana isinya berwarna keunguan?

Aku tak memaksa, tak berharap pula. Butuh ratusan purnama untuk bisa duduk dan berkata apa adanya.

Waktu yang kejam pada kita.

Terjebak dalam pikiran sendiri.

Kita pernah memiliki satu sama lain, meski singkat. meski cepat.

Tak bisa ku temukan penutup yang pantas.

Tak bisa ku temukan pemberhentian yang tepat, dimana seharusnya aku hanya berhenti di awal saat bersamamu.

Sederhana (Kumpulan Puisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang