Senja&Nightmare: RUMAH

10 0 0
                                    

Mungkin benar ketika ku mendengar bunyi pintu itu tertutup
Bukan aku saja yang meninggallkanmu di tempat itu.
Kini kita berdua yang melepaskannya,

Lampu itu tak menyala hangat lagi,
Dan kau tak lagi menunggu ku di atas sofa hingga tertidur.

Halaman tumbuh tinggi rumputnya,
Namun akarnya telah rapuh.

Kita tak duduk lagi di halaman belakang, sambil mendengarkan deru ombak.

Aku tak melihat pantulan senja lagi di wajahmu,
Dan kau tak mengggengam jemariku erat.

Semua ruangan kini cahayanya temaram.
Deretan sepatu milikmu masih tertinggal rapi di serambi.

Kita berpamitan dengan tergesa.

Kunci yang dimiliki masing-masing, kini tergantung di dinding.
Aku tak akan sibuk memanaskan kompor,
Mendengarkan suara mu yang pusing karena risetmu yang ditolak.

Kamar itu tak lagi wangi cendana lagi, lampu di kedua sink kembar itu kini mati sempurna.
Pintu geser itu kini tak berdenyit lagi,

Pantulan sinar purnama tak akan masuk lagi ke dalam ruangan melalui gelapnya malam.

Kali ini, bukan aku saja yang meninggalkan tempat itu,
Kau pun juga,
Tanpa bermesraan seperti biasanya.
Kita hanya saling menarik nafas dalam-dalam.

Tak ada lagi "Aku pulang"

Tak ada lagi "Ayo kita minum kopi bersama"

Tak ada lagi kekehan tawa yang menjaili.

Debu mulai menumpuk di meja makan,
Dengan pigura-pigura yang mulai tertutup kain.

Kita meninggalkan hangatnya malam yang dingin itu sekali lagi.
Dengan luka yang belum tahu kapan sembuhnya..

Ini yang terbaik,
Setidaknya.

Sederhana (Kumpulan Puisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang