Salah satu kebiasaan Arsen adalah pria itu selalu menyetel alarm untuk membangunkannya tidur, tapi itu percuma, karena Arsen benar-benar tidak terbangun. Justru yang jadi bangun adalah Alana, dan itu terus-menerus terjadi hampir setiap hari ketika Arsen tidak berada di luar kota.
Awalnya Alana kesal, namun lama-lama ia maklum. Dan Alana juga tidak berniat memperingati, karena selama ia tidak dirugikan maka itu tidak perlu dipermasalahkan. Yang Alana pikir adalah anggap saja ia dibangunkan oleh alarm tersebut, lalu yang membangunkan Arsen adalah dirinya, dan itu tidak merepotkan sama sekali.
Berkat alarm itu juga setiap shubuh sebelum turun dari kasur, Alana selalu punya waktu untuk memandang wajah Arsen, menyentuhnya, mengaguminya, tanpa takut merasa malu atau salah tingkah.
"Kak ..." panggil Alana dengan suara lembut sambil mengusap bahu Arsen.
Biasanya percobaan pertama tidak berhasil.
"Kak Arsen ..." panggil Alana lagi, kali ini volume suaranya sedikit meningkat dibanding sebelumnya, namun tidak masuk dalam tahap berteriak. Karena Alana tahu itu akan membuat Arsen bangun dalam keadaan kaget, detak jantungnya bisa berpacu lebih cepat, dan itu tidak baik.
"Kak Arsen, Kak ..." kali ini suara Alana volumenya masih seperti percobaan kedua, namun tangannya menepuk-nepuk pelan pipi Arsen, "bangun yuk Kak, sholat shubuh dulu." ujar Alana.
"Hm?" Arsen berdehem, artinya ia sudah terbangun walaupun matanya masih tertutup.
"Udah shubuh Kak, bangun dulu yuk?" ajak Alana.
"Iya ..." jawab Arsen yang matanya sudah terbuka, tangan Alana yang ada di pipinya ia genggam, "good morning, Nana." Arsen menyapa Alana dengan suara serak khas bangun tidur dan senyum yang terpatri dari sudut bibirnya.
Alana balas tersenyum, "morning ..." balasnya, "tangan aku bisa dilepas dulu nggak? Kebetulan waktu shubuh cuma sebentar, dosa aku juga udah banyak, jadi nggak ada slot nambah dosa lagi."
Arsen tertawa mendengar kalimat yang Alana ucapkan, ia lalu mengecup kening Alana, lalu beralih ke dua pipi Alana, dan yang terakhir berhenti di bibir Alana. Cukup lama bibir mereka saling menempel namun tidak sampai saling melumat satu sama lain, apalagi ketika Arsen baru ingin bergerak malah Alana yang menolak dengan cara memundurkan kepalanya.
Puas dengan wajah kecewa Arsen, Alana hanya tersenyum dan mengusap rambut Arsen seolah memberi usapan kasihan untuk suaminya, akan tetapi yang Arsen tangkap malah sebuah tindakan ejekan karena ketidakberhasilan Arsen.
"Anda belum beruntung, coba lagi di lain waktu ..."ujar Alana sebelum ia turun dari kasur dan meninggalkan Arsen yang hanya bisa tersenyum memperhatikan Alana.
* * *
"Kamu bikin apa Kak?" tanya Alana saat Arsen sedang menyeduh sesuatu di pantry dapur, "kopi kamu udah aku bikin tuh." Alana lalu menunjuk segelas kopi yang ada di atas meja.
"Susu." jawab Arsen, lalu mengangkat gelas susu yang asapnya masih mengepul.
Alana mengernyit, sementara Arsen hanya tersenyum lalu duduk di hadapan Alana, "aku pengen ngerasain jadi kamu yang walaupun nggak suka susu tapi harus minum susu tiap pagi." jawab Arsen.
Jawaban Arsen entah mengapa langsung membuat Alana tersenyum, mereka berdua memang sama-sama tidak suka susu, namun semenjak hamil Alana terpaksa harus menyukainya, dan hari ini giliran Arsen yang menemaninya mengubah ketidaksukaan menjadi keharusan.
"Makasih Kak, aku nggak tahu harus ngomong apa, tapi aku merasa tersentuh." jawab Alana.
Arsen lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut Alana, "aku hari ini ada prescon series, mau ikut nggak?" tanya Arsen, ia kembali duduk dan menyesap susunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plot Twist
Romance"Arsenio Dharmendra dan Alana Dara adalah pasangan paling plot twist yang pernah ada. Ketika nation husband dan nation sweetheart nikah disitulah the real patah hati untuk pemuda-pemudi Indonesia" Itu adalah salah satu cuitan di Twitter yang mendapa...