2.2 Drama Menjelang

1.5K 112 26
                                    

Alana memperhatikan dirinya di cermin, satu tahun yang lalu Alana pasti tidak akan menyangka bahwa dirinya akan ada di posisinya yang sekarang. Menjadi seorang istri, kemudian dalam kurang lebih satu minggu kedepan jika sesuai dengan HPL ia juga akan menjadi seorang Ibu.

Kalau boleh jujur, ada perasaan belum siap dalam diri Alana akan menghadapi semuanya. Belum lagi thesisnya yang terbengkalai begitu saja, lalu pemikiran-pemikiran buruk yang kadang bisa menyerang, dan Alana juga mengkhawatirkan banyak hal.

Dari pantulan cermin Alana tersenyum hangat saat Arsen tiba-tiba datang dan langsung memeluknya dari belakang, suaminya itu sedang menghirup aroma tubuh Alana yang menguar di lekukan leher.

"Satu Minggu lagi kita akan jadi orang tua, kamu siap?" tanya Alana, tangan kanannya mengelus pipi Arsen.

Arsen terdiam mendengar pertanyaan itu, bukan hanya Alana yang mengkhawatirkan banyak hal ketika menghadapi hari-hari penyambutan buah hati mereka. Namun Arsen juga merasakan kekhawatiran tersebut, bahkan lebih.

"Kamu yakin kita enggak perlu pakai acara gender reveal kayak yang dibilang teman-teman aku waktu itu?" bukannya menjawab pertanyaan Alana, Arsen justru mengajukan pertanyaan baru.

Alana mengangguk, "Kak, terlalu riskan kalau misalnya kita bikin acara itu."

"Kenapa? Takut sama netizen?"

Tanpa dijawabpun Arsen tahu jawabannya, ia lalu memberi usapan di bahu Alana. "Sayang, kita bahkan enggak merugikan mereka semua, mereka juga enggak membantu apapun."

"Tapi kan tetap aja ..." kalimat yang meluncur dari bibir Alana menggantung begitu saja, ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan banyak kekhawatiran yang ada di dalam pikirannya.

"Oke, kita enggak perlu pakai acara gender reveal itu. Tapi aku mau kamu enggak menjadikan netizen sebagai pembatas keinginan kamu."

Berapa kalipun Arsen mengatakan bahwa tidak perlu mengkhawatirkan hal apapun yang berkaitan dengan kontra dari netizen, tetap saja Alana akan selalu overthinking, semua baginya terlalu rumit untuk mengikuti alur pikir sederhana seperti suaminya.

"Aku tiba-tiba kepikiran Realearning."

Arsen mengerutkan dahinya, ia lalu memperhatikan wajah istrinya dari cermin. Terlihat murung seperti banyak sekali pemikiran-pemikiran yang bersarang di dalam otaknya.

"Aku enggak mau merusak citra Realearning kalau nanti semua orang tahu."

Arsen menghela napas, ia tahu ibu hamil akan mengalami banyak pemikiran-pemikiran buruk yang ada di dalam otak mereka, namun pemikiran Alana sedikit berbeda karena ia lebih banyak memikirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri.

"Aku enggak mau mengecewakan orang-orang yang benar-benar sudah bekerja keras untuk Realearning," Alana berkata lagi, "aku jadi nyesal nerima tawaran untuk jadi BA mereka, kenapa dulu aku enggak pernah berpikir kalau aku akan mengacaukan semuanya ya?"

Dapat Arsen lihat genangan air sudah siap mengalir dari mata Alana, sekali saja istrinya itu berkedip maka air itu akan mengalir membasahi pipinya, "Nana, stop!" pinta Arsen, namun air mata itu benar-benar telah mengalir, ia lalu memutar posisi hingga dapat memeluk Alana dari depan, tangannya mengusap rambut Alana dan menyenderkan kepala istrinya itu di dadanya.

"Kenapa aku gegabah banget ya? Kenapa aku enggak mikir kalau aku hamil, MBA." ujar Alana.

Arsen lalu melepaskan pelukannya, ia tidak percaya Alana akan mengatakan kata akhir dari kalimat yang baru ia ucapkan.

"Stop Na, enggak ada yang bisa kamu salahkan. Kalau ada yang paling salah, itu aku." Arsen lalu meraih tangan Alana, ia tahu istrinya benar-benar sedang tidak baik-baik saja, karena Alana tidak pernah sampai sekhawatir dan sekalut ini.

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang