1.4 Jealous

2K 136 39
                                    

Sebelum pergi ke salah satu restoran yang ada di Grand Indonesia untuk melakukan meeting salah satu project, Alana menyempatkan diri untuk membuat sarapan agar ia bisa sarapan bersama dengan Arsen. Suatu rutinitas yang tidak pernah mereka lewatkan akhir-akhir ini.

Alana menoleh ketika semerbak wangi sabun dari tubuh Arsen memenuhi indera penciuman Alana, suaminya itu baru saja selesai mandi, terbukti juga dari rambutnya yang masih basah, bahkan karena rambut Arsen mulai memanjang dan setelah mandi tidak dikeringkan dengan benar, tetesan air dari rambutnya membasahi area baju di bagian bahu.

Hal yang berulang kali membuat Alana gemas ingin memangkas habis rambut Arsen, karena suaminya susah sekali disuruh mengeringkan rambut dengan benar. Jadi cara kondusif yang dapat dilakukan adalah memangkas rambutnya, meskipun Alana tidak bisa membayangkan bagaimana Arsen tanpa rambut.

"Morning, sayang ..." Arsen langsung mengecup kening Alana, lalu menarik kursi untuk duduk dihadapan Alana.

"Morning," jawab Alana, ia kemudian menyajikan sepiring nasi goreng sebagai menu sarapan pagi ini untuk Arsen.

"Kamu yakin nggak mau aku antar?" tanya Arsen sambil menyendok nasi goreng tersebut, memastikan lagi bahwa Alana yakin dengan keputusannya untuk tidak diantar oleh Arsen.

Alana yang sedang mengupas kulit jeruk mengangguk, "yakin, kamu nyusul aja nanti, kalau kamu harus ngantar aku harus bolak-balik kan capek Kak, kalaupun kamu nungguin aku juga kamu pasti akan bosan." jelas Alana mengapa ia tidak ingin diantar oleh Arsen dan lebih memilih diantar oleh sopir yang biasa antar jemput Arsen kalau sedang ada pekerjaan di luar kota, atau kalau ia sedang tidak minat menyetir.

Mendengar penjelasan Alana tersebut akhirnya Arsen mengangguk dan mengalah, menurutnya tidak ada yang perlu dipaksa karena jelas saja Alana benar-benar menolak bukan sekedar karena ia tidak enak belaka.

Mata Arsen lalu memperhatikan penampilan Alana, "kamu pake apa Na? Kok bisa nggak kelihatan?" tanya Arsen senyum-senyum dengan tatapan fokus menatap leher Alana.

Alana yang paham maksudnya lalu langsung melempar kulit jeruk ke arah Arsen, "kerjaan kamu, padahal udah aku larang." kata Alana dengan wajah kesal, ia masih tidak terima harus berusaha keras menutupi apa yang sudah Arsen lakukan dengan menggunakan concealer.

Melihat wajah kesal Alana justru Arsen merasa terhibur, "kamu juga nggak nolak." jawabnya santai sambil memakan nasi goreng buatan Alana.

Merasa bahwa bukan waktunya untuk menghancurkan mood karena ia jelas ada meeting sebentar lagi, Alana lebih memilih tidak membalas ucapan Arsen dan fokus menghabiskan sarapannya.

Melihat Alana yang diam saja menikmati sarapannya tanpa membalas ucapannya membuat Arsen merasa bersalah, "Nana, i'm sorry ..."

"Tapi diulang lagi?" tanya Alana, lebih tepatnya menyindir Arsen karena selalu minta maaf lalu mengulanginya lagi.

"Off course." jawab Arsen lalu tertawa.

Alana mendengus sebal, jika diawal-awal dulu banyak sikap Arsen yang terlihat kaku seperti ditahan-tahan yang Alana yakini karena efek dari rasa bersalahnya, namun semakin kesini Arsen mulai mengeluarkan sikap-sikap yang selama ini mungkin ia pendam.

Bahkan Alana juga kaget ketika melihat sikap jutek Arsen hanya karena Alana menerima pesan masuk dari seseorang, ingin meyakini bahwa itu bagian dari rasa cemburu namun Alana merasa itu terlalu dini, namun sikap Arsen memang menyiratkan ke arah sana.

"Kak?" Alana tiba-tiba teringat sesuatu yang harus ia tanyakan dulu pada Arsen sebelum mengambil keputusan.

Arsen menyahut melalui isyarat alisnya yang ia angkat, sementara mulutnya masih mengunyah makanan.

Plot Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang